Blue Fire Pointer AIRPLANE IN THE SKY: 2016

Kamis, 22 Desember 2016

Ibu

Bercerita tentangmu, mungkin tak sehebat memoar R.A. Kartini
Melukiskan parasmu, mungkin tak seelok princess Syahrini
Apalagi membingkai figurmu, barang tentu tak sepopuler Sri Mulyani

Ah, Ibu…
Bagaimana aku bisa menerjemahkan sosokmu dalam rangkaian kata
Jika saja kisahmu dapat dituliskan dengan tinta emas pada kertas bertabur permata
Tak akan mampu menggambarkan betapa engkau sangat berharga

Ibu… Ingatkah?
Saat aku dititipkan di rahimmu
Sampai saat pecah tangisku menjadi bahagiamu
Saat aku masih ingin digendong walau matamu sudah terkantuk
Sampai engkau terbangun lagi karena pekikku

Ibu… Sekarang aku sudah bersekolah
Topi upacaraku hilang, aku mencarimu
Susah mengerjakan PR, aku bertanya padamu
Dijahati oleh teman, aku mengadu padamu
Sungguh aku merasa terlindungi berada di dekatmu

Ibu… Sekarang aku sudah bekerja
Mungkin aku terlalu sibuk hingga jarang menghubungimu
Mungkin aku sedang rapat saat engkau meneleponku
Mungkin aku sudah mulai malu mengatakan sayang dan rindu
Tapi ketahuilah Ibu, dalam dialog dengan Sang Pencipta, selalu kuhadirkan dirimu

Terlahir dari rahimmu adalah anugerah bagiku
Semoga Ibu sehat dan bahagia selalu

Dari anakmu, yang mencoba menitipkan sepaket rindu
Namun pada akhirnya menarik paket itu dari jasa ekspedisi, untuk disampaikan langsung padamu

Kring kring…
Halo Ibu, apa kabar?
Aku sayang Ibu.
Selamat Hari Ibu!!!

Minggu, 18 Desember 2016

Insyaf, Cerita Sambil Menikmati Secangkir Kopi

Sejak senja tadi, awan Altostratus yang berlapis-lapis tampak memenuhi langit. Sepertinya dalam waktu yang tidak lama, dirgantara akan menurunkan bulir-bulir hujan. Kebetulan selepas magrib, saya mendapat undangan minum kopi dari sahabat saya, Riyu. Tepat pukul 19.00 WIB, saya tiba di sebuah cafe tempat kami berjanji. Di sana Riyu sudah menunggu dengan secangkir kopi.

“Silahkan dipilih menunya. Mau coba ristretto?” tanya Riyu.

“Affogato saja,” saya jawab.

“Hujan begini?” herannya.

“Kita tidak mesti menghangatkan diri saat hujan, bukan?” tanya balik.

“Pesan sesukamu, Nona,” ujar Riyu.

Begitulah, meskipun sama-sama suka kopi, kami menjatuhkan pilihan pada cita rasa yang berbeda. Cafe ini sering menjadi latar diskusi dan cerita dalam pertemuan kami. Saya selalu suka melihat ornamen kayu di balik punggung Riyu. Begitu pula Riyu selalu senang mengamati para barista beraksi di belakang saya.

“Sheric, apakah pintu taubat masih terbuka untuk saya?” Riyu bertanya lagi, kali ini pertanyaannya justru mengundang tanya.

“Setau saya, selama ruh belum berpamitan dengan jasad, pintu taubat masih terbuka. Memangnya ada apa?” saya tanya kembali.

“Ah, Sheric, kamu seperti tidak tahu saja. Saya pernah bercerita bahwa saya sedang menjalin hubungan dengan Riana. Kemudian di klub tenis, saya mencoba mendekati wanita lainnya, Anne. Tidak berhenti sampai di situ saja, saya sedang berkomunikasi intens lewat telepon genggam dengan wanita di pulau seberang, Felis. Kaji saya tidak sampai, mengapa bisa jatuh cinta pada beberapa wanita sekaligus.”

“Kamu si pemilik hati saja tak paham, apalagi saya. Saya harus meminjam hatimu dulu untuk mengerti partisi-partisi yang mampu menyekat dan membagi rasa cinta.”

“Saya tidak ingin hati ini kamu pinjam. Saya takut kamu tidak mengembalikannya lagi, Sheric.”

“Hmm... Mulai kamu Riyu!”

“Hahaha, hanya bercanda. Berhubungan dengan banyak wanita bukannya membuat saya jauh dari rasa kesepian. Justru semacam penyakit yang menggerogoti hati yang datang. Lubang di hati saya semakin dalam, sampai hampa rasanya.”

“Niat yang sangat bagus. Lalu apa rencanamu?”

“Saya ingin bersalaman dengan mereka, deal untuk mengakhiri hubungan ini. Saya ingin menenangkan nafas yang memburu, denyut nadi yang kencang, karena saya habis berlari mengejar cinta wanita-wanita itu.”

“Kesemuanya? Mengapa tidak kamu pilih satu saja untuk menemani hidupmu?”

“Belum waktunya, Sheric. Kini saatnya rayuan gombal diganti dengan mesranya doa. Menyanyikan lagu kepada pujaan hati digantikan dengan mengeja ayat-ayat suci. Hingga saat yang tepat tiba, saya akan menentukan hati, menetapkan pilihan pada satu nama”

“Artinya tidak berkomunikasi lagi dengan mereka?”

“Berkomunikasi tidak langsung.”

“Maksudnya?”

“Sepertinya akan lebih syahdu saat rindu kepada si dia justru disampaikan kepada penciptanya. Rindu yang dititipkan, dengan penyimpanan yang tentunya lebih baik dari jasa ekspedisi manapun di muka bumi.”

“Jujur saya hampir tidak percaya mendengarnya. Tapi awan Altostratus memang tidak boleh menjadi Cumulonimbus, yang memicu badai petir. Sangat bagus, kalau niat ini datang dari hatimu sendiri.”

“Mohon doanya, Sheric.”

“Tentu saja, Riyu. Tetap istiqomah, ya!”

Di hadapan saya, seorang aktor “Playboy Insyaf” sedang meneguk tegukan terakhir dari secangkir kopi. Cecapan pahit bercampur manis itu akan menemani hari-harinya dalam menjalani tekad.


Cerpen fiksi yang menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku sampingan

Senin, 12 Desember 2016

Teruntuk Blogger

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah memasuki era digital. Trend kenaikan jumlah pengguna internet terjadi serentak di berbagai negara, Indonesia salah satunya. Berdasarkan hasil survey Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerjasama dengan Pusat Kajian Komuniasi (Pusakom) UI, jumlah pengguna internet di Indonesia menyentuh angka 88,1 juta pada tahun 2014. Dua tahun berselang, pada tahun 2016 jumlah ini naik drastis ke angka 132,7 juta. Adapun total penduduk Indonesia adalah sebanyak 256,2 juta orang.

Kenaikan jumlah pengguna internet berimbas pada kenaikan jumlah pengguna media sosial. Salah satu bentuk media sosial adalah blog. Jumlah blogger (penulis blog) di tahun 2015 sekitar 3 juta. Jumlah ini memang terbilang kecil dibandingkan pengguna facebook yang mencapai 82 juta dan pengguna twitter yang mencapai 50 juta. Kendati demikian, blog tidak kehilangan eksistensinya. Blog masih mendapatkan tempat tersendiri bagi penggemarnya.

Blog berisi rentetan tulisan yang terkadang diselingi gambar. Genre tulisan sangat beragam mulai dari pendidikan, sejarah, wisata, kuliner, kecantikan, isu sosial, dan berbagai tema lainnya yang membuat pilihan pembaca menjadi lebih variatif. Hal ini juga karena penulisnya berasal dari berbagai latar belakang minat, profesi, maupun usia yang berbeda.

Semakin lama blogger semakin kreatif dalam mengekspresikan karyanya. Namun beberapa blogger mempunyai kekurangan antara lain:
  1. Tulisan terkungkung pada kisah pribadi penulisnya. Ada ketidakmampuan penulis untuk berimajinasi lebih jauh dan lebih dalam.
  2. Tulisan tidak bersifat kompetitif. Tidak dapat diukur seberapa pantas sebuah tulisan untuk bersaing di kolom media massa.
  3. Tulisan lepas dibuat tanpa disaring terlebih dahulu oleh redaktur, sehingga lebih rentan terhadap konten informasi yang tidak akurat, tidak kredibel, dan potensi pelanggaran hukum.
  4. Tidak ada batasan waktu untuk menulis sehingga blogger memiliki kesempatan untuk alpa menulis.
Masukan untuk blogger (termasuk saya sendiri):
  1. Tidak masalah menulis apapun sesuai minat, namun tidak ada salahnya juga menulis di luar kebiasaan. Misalnya bagi kamu yang hobi menulis cerpen, cobalah sesekali menulis opini/artikel. Bacalah isu-isu terbaru, rangkum, beri pandangan, kritisi, dan sampaikan solusi.
  2. Ikuti lomba menulis. Bukan soal menang atau kalah, tetapi lebih kepada belajar bagaimana agar tulisanmu naik kelas.
  3. Kirimkan tulisanmu ke media massa agar kamu paham kualitas dan konten seperti apa yang bisa lolos dari tangan redaktur hingga namamu terpampang dengan bangga sebagai penulisnya.
  4. Pahami etika dan aturan hukum terkait agar tidak terjadi “pembredelan” terhadap tulisanmu dan tentunya kamu selamat dari jeratan hukum.
  5. Jadikan menulis sebagai sebuah kebiasaan. Berilah target yang jelas namun jangan terlalu terpaku pada jadwal.

Minggu, 11 Desember 2016

Penghasilan Anjal di Kota X


Byurr..
Cairan pembersih dipercikkan pada kaca depan mobil yang berhenti di lampu merah. Spons disapukan ke kiri ke kanan. Hujan dengan kompak membasuh sisa-sisa busa yang mengikat debu itu. Kemudian tangan kecil mengetuk jendela. Pemilik mobil membuka sedikit kaca jendelanya dan menyelipkan kertas bergambar Pattimura.

Belum satu dasawarsa bocah-bocah kecil mengecap kehidupan. Tapi pahit getirnya tampak tergaris di telapak tangan mungilnya. Bibir bergetar, sekujur tubuh basah, dan tangan kanannya menggenggam spons berbusa. Hujan dan lampu merah menjadi sahabat terbaik.

“Pekerjaan” ini cukup mudah untuk dilakukan karena hanya bermodal cairan pembersih kaca dan spons. Jika di sebuah simpang 4, lampu hijau menyala bergiliran selama masing-masing 30 detik, lampu merah di setiap persimpangan akan mendapat jatah 90 detik. Asumsinya dalam 1 jam akan menyala lampu merah sebanyak 30 kali. Setiap lampu merah menyala, kemungkinan 1 orang bocah yang acap disebut anak jalanan (anjal) ini dapat meng-handle 2 mobil. Dalam kurun waktu 1 jam, anjal akan meng-handle 60 mobil. Jika dari setiap-mobil anjal mendapatkan balas jasa senilai Rp1.000, dalam waktu 1 jam anjal mampu mengantongi Rp60.000. Bagaimana kalau 3 jam? Bagaimana kalau 1 bulan? Bayangkan berapa pundi Rupiah yang didapatkan di musim hujan! Aksi ini tentunya tidak mendapatkan reaksi yang seragam. Ada yang memberi uang, ada pula yang tidak. Yang memberi uang mungkin saja iba, mungkin juga sudah terbiasa. Yang tidak memberi bisa jadi sedang tidak ada stok recehan, bisa juga memang tidak mau memberi.

Kendati tergolong mudah, pekerjaan ini bukan tanpa risiko. Risiko terkena penyakit sehubungan dengan cuaca sampai risiko kecelakaan. Sekalipun penghasilan yang didapatkan terbilang besar karena menyentuh angka jutaan Rupiah perbulan, sejatinya anjal tetaplah seorang bocah yang butuh bersekolah, mendapatkan pendidikan yang layak. Sayangnya, “tulang punggung” yang masih lunak ini dipaksa keras, bahkan tahan banting.

Salah satu instansi pemerintahan terkait mengatakan bahwa terhadap anjal ini telah dilakukan pembinaan berupa pelatihan keterampilan agar mereka menjadi warga yang bermanfaat. Keterampilan ini bermacam-macam, mulai dari menjahit, berbengkel, sampai membuat peralatan yang berguna. Bahkan instansi pemerintahan tersebut melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam melakukan pembinaan. Namun sayangnya, penolakan justru datang dari orang tua anjal. Faktor ekonomi tak dapat dielakkan menjadi faktor utama bocah-bocah turut mencari nafkah.

Anjal ini banyak jenisnya dan dapat bertransformasi dari satu bentuk ke bentuk lain, di antaranya adalah pengemis, pengamen, dan pedagang asongan. Latar belakang mereka menghabiskan waktu di jalanan pun beragam pula yaitu faktor ekonomi, broken home, ingin memiliki uang sendiri,  pengaruh lingkungan, dan sebagainya.

Permasalahan anjal ini cukup kompleks sehingga dibutuhkan instrumen yang tepat didampingi komitmen yang kuat oleh berbagai pihak mulai pemerintah, LSM, sampai masyarakat. Payung hukum yang mengatur larangan memberi uang kepada anjal kerap kali tidak diindahkan oleh pengendara. Bukan karena kurangnya sosialisasi, tapi hal ini terjadi karena di jalanan anjal sering memaksa pengendara untuk memberikan uang, kalau tidak diberi ia akan menggores kendaraan tersebut. Oleh karena itu diperlukan razia berkala untuk membuat jera anjal yang masih setia di perempatan lampu merah. Pembinaan berupa pelatihan keterampilan dan pemberian modal usaha seyogyanya terus dilanjutkan dengan menggandeng LSM.


Note: Ini kali kedua saya menulis tentang penghasilan anjal. Tulisan pertama di tahun 2013 telah saya hapus karena nama dan lokasi dinarasikan dengan sangat jelas. Tulisan tentang pengemis yang buta dan pengemis yang menggendong anak coming soon.

Senin, 05 Desember 2016

Diriku, Pelukis

Hasil gambar untuk lukisan panorama


Diriku, adalah seorang pelukis yang selalu membawa kanvasnya kemanapun ia pergi. Tak lelah berjalan hingga panorama menjadi titik henti. Mencoba menerjemahkan keindahan alam melalui ujung-ujung kuas ini. Membagan dengan garis-garis halus hingga memoles warna-warni. 

Diriku, berharap taburan cat minyak pada sebuah kanvas ini ditawar oleh pejalan kaki yang berlalu lalang.  Tidak muluk-muluk, 2 lembar seratus ribu mampu membuatku tersenyum riang. Kalau kau menawar terlalu rendah, aku tak akan berang. Kujelaskan, bahwa karyaku masih bersedia dipajang mumpung masih siang.  

Diriku, melirik jam yang sudah menunjukkan pukul enam. Segumulan demi segumulan manusia mulai meninggalkan panorama menyisakan para penikmat senja yang menunggu matahari terbenam. Hari ini lukisanku belum laku juga, Nilam.  



gambar di atas via http://ana-nazamuddin.blogspot.co.id

MCK (Master of Ceremony Kroco) Part 2

Edisi: Menjadi MC Dadakan? Kamu Pasti Bisa! 

Suatu hari, pada secabik kertas kepanitiaan,  kamu tak menemukan lagi namamu berada di deretan anggota seksi konsumsi. Apakah kepiawaianmu memesan menu hidangan hingga menata cutlery mulai diragukan? Ulalaa, coba kamu periksaa lagi. Siapa tahu kali ini kamu ditunjuk menjadi........YA!!! MASTER OF CEREMONY!!! APA??? MASTER OF CEREMONY??? Tetiba kamu cemas, lemas, dan gemas pengen nyubiittttttttttt..... yang nyusun kepanitiaan.
Buat kamu yang senasib dengan manusia pada situasi di atas, segera selesaikan rasa khawatir dan tidak percaya diri saat ini juga. Karena kamu ditunjuk, artinya mereka percaya pada kemampuanmu. Kalau ini dianggap lebay, paling gak, yang nyusun kepanitiaan percaya sama kamu. :)

Tips untuk MC pemula
Tahapan Persiapan
  1. Kenali acaramu, apakah berjenis formal, semi formal, atau informal.
  2. Pastikan rundown acara sudah fix. Berkoordinasi dengan seksi acara.
  3. Ketahuilah siapa tamu penting yang akan hadir, narasumber, undangan, dan pesertanya.
  4. Ingatkan kembali petugas acara seperti pembaca doa, dirigen, dll.
  5. Cek soundsystem.
  6. Berlatih!!!

On The Show
Contoh Acara Semi Formal (In House Training, Seminar, Workshop)
1.        Salam
Assalamu’alaikum wr wb. Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.

2.        Sapa
Yang terhormat.... (yang paling tinggi jabatannya/yang paling dihormati);
Yang Kami hormati...;
serta.... yang Kami Banggakan/yang Berbahagia.
Usahakan 3 saja, sapa pihak yang paling penting, selebihnya sebut hadirin/peserta. Jangan terlalu banyak karena sapa-menyapa secara detil itu urusan ketua panitia dll.

3.       Rasa Syukur/Ungkapan Senang
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang memberikan kita kesempatan sehingga pada hari ini kita dapat menyelenggarakan acara.... dengan tema.../
Senang sekali bertemu dengan para peserta..., mengawali pagi yang cerah ini dengan acara..... dengan tema...
Kami ucapkan selamat datang di...
Menaikkan suara setelah menyebutkan tema akan otomatis menggerakkan hadirin untuk bertepuk tangan.

4.        Doa
Agar acara ini diberkati oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, marilah kita mulai dengan doa. Doa akan dibacakan oleh Sdr.../
Sebelum memulai acara, baiknya kita berdoa dahulu. Doa akan dibacakan oleh...

5.        Lagu Indonesia Raya
Menyanyikan lagu Indonesia Raya. Hadirin dimohon berdiri. Hadirin dipersilahkan duduk kembali.

6.        Sambutan
Marilah bersama-sama kita dengarkan sambutan Ketua Panitia. Kepada... disilahkan.

7.        Pembukaan

Selanjutnya, pengarahan sekaligus pembukaan oleh...

8.        Pemaparan materi

Dengan dibuka secara resmi oleh... maka selanjutnya kita masuk pada sesi pemaparan materi yang akan disampaikan oleh... Mari kita sambut dengan tepuk tangan yang meriah. Saya undang... untuk memoderatori acara ini.

9.        Ishoma
Hadirin, kita telah memasuki waktu ishoma. Untuk itu kami persilahkan menikmati makan siang yang dihidangkan secara prasmanan di bagian belakang ruangan ini dan bagi yang ingin menunaikan ibadah solat kami fasilitasi di mushola lantai 1. Para peserta diharapkan kembali tepat waktu pada pukul...

10.    Penyerahan cinderamata kepada narasumber

Sebagai wujud cinta (sebut nama instansi), berkenan (sebut nama pejabat yang akan menyerahkan cinderamata) menyerahkan cinderamata kepada (sebut nama pihak yang menerima cinderamata)

11.    Penutupan
Demikianlah acara... Sebelum acara ini bersama-sama kita akhiri dengan salam, kita dengarkan terlebih dahulu pengarahan sekaligus penutupan oleh...
Dengan ditutup secara resmi oleh... maka berakhir pula acara... Semoga ilmunya bermanfaat dan dapat diaplikasikan. Kami panitia memohon maaf atas kekurangan dan kekhilafan.

12.    Salam

Demikian, semoga sukses ya, Mas/Mbak MC!!!

Minggu, 16 Oktober 2016

Tanya Kapan Nikah, Bentuk Bullying?





“29 tahun, cantik, mapan, mandiri, hari gini masih single?”
“Sudah kepala tiga, wanita seperti apa yang ingin kamu cari?”

Titik di tanda tanya itu, seketika berubah menjadi ujung paku yang menancap dalam. Dalamnya sampai ke endokardium. Sebuah pertanyaan yang jamak dipertanyakan. Bentuknya berbeda-beda, mulai dari kenapa masih single, apakah belum kepikiran untuk berumah tangga, sampai kapan nikah.

Iseng, menjadi alasan bagi “kuli tinta dadakan” ini. Atau memang latah, karena si penanya hanya ikut-ikutan trend,  merasa gak afdhol jika tidak menanyakan hal tersebut kepada seorang single. Di tiap kondangan, bertanya kamu kapan. Di media sosial, berkomentar kok difotonya sendirian. Bahkan melihat truk pun langsung nyeletuk “Truk aja gandengan, masa kamu enggak?” Waaahhhh…

Yang lebih parah lagi, di setiap reunian atau pertemuan dengan relasi,  si single dijadikan bahan jualan. “Kenalin donk sama teman kamu, kasian dia masih jomblo!” atau “Di kantormu ada yang masih single gak?”

Di antara kita, mungkin ada yang mirip dengan si penanya. Tidak ada mens rea (sikap batin) yang jahat di balik pertanyaan tersebut. Namun jangan hanya dilatarbelakangi keisengan maupun kelatahan, kita menanyakan sesuatu yang sebenarnya juga tidak bisa dijawab oleh si single. Kita tidak tahu kisah pilu apa yang pernah hadir di masa lalu mereka. Kita tidak bisa meminjam hati mereka untuk merasakan sulitnya menyembuhkan luka. Kita tidak mafhum bagaimana mereka berjuang untuk mendapatkan cinta dari yang terkasih. Kita tidak bisa menyamakan diri kita yang cepat dipertemukan jodohnya dengan mereka yang masih menunggu. Oleh sebab itu, berhentilah iseng dan latah menyerbu mereka dengan pertanyaan kapan nikah dan rekan-rekannya. Tidakkah kata-kata itu bagian dari bullying? Meminjam kalimat The Mighty, “It’s silent anxiety attacks, hidden by smiles”.

(gambar di atas via www.hipwee.com)