Blue Fire Pointer AIRPLANE IN THE SKY: 2013

Sabtu, 28 Desember 2013

Pengalaman Tes CPNS Kemenkeu 2013


Alhamdulillah 24 Desember 2013 menjadi penutup tahun yang manis karena saya diterima di Kemenkeu, penempatan di Ditjen Pajak. Ini adalah pengalaman pertama saya mengikuti proses lamaran kerja. Terima kasih kepada blogger yang ulasannya mencerahkan langkah saya meniti rekrutmen ini. Asik!

Garda depan rekrutmen Kemenkeu adalah SELEKSI ADMINISTRASI. Tahun 2013, jangka waktunya dari tanggal 6-20 September. Tidak sulit, cukup mengisi data dan upload hasil scan ijazah asli serta transkrip nilai asli ukuran max 300 kb ke http://rekrutmen.kemenkeu.go.id/. Pastikan anda tidak menunda mengunggah (upload) berkas hingga hari terakhir dan pastikan berkas benar-benar ter-upload karena teman saya ada yang tidak sadar kalau berkasnya tidak ter-upload sehingga sayang sekali kalau anda mengulangi kesalahan ini. Kita juga memilih unit eselon yang akan kita ambil. Waktu itu saya meletakkan Ditjen Pajak pada pilihan pertama dan Sekjend pada pilihan kedua. Waktu itu saya cuma asal memilih Sekjend. Saran saya, telitilah apa yang benar-benar akan anda ambil karena pilihan menentukan masa depan anda. Keterangan mengenai unit eselon dapat dilihat di website kemenkeu.

Kedua, TES KOMPETENSI DASAR (TKD). Tes ini diikuti oleh puluhan ribu pelamar dari berbagai jurusan. Ada yang berbeda TKD tahun ini dengan sebelumnya karena menggunakan sistem Computer Assisted Test (CAT). Kita melaksanakan tes secara online di lab komputer. Awalnya tangan saya cukup dingin, AC ruangan memang dingin namun bukan karena itu, tapi karena kami menjadi “kelinci percobaan” pelaksanaan tes dengan sistem CAT. Tak perlu panik karena kita hanya mengerjakan soal secara online. Ada pilihan ganda A sampai E, jawaban yang benar cukup di klik. Kita dapat mengulang ke soal sebelumnya apabila ada yang belum dijawab ataupun ingin merubah jawaban. Juga terdapat  bom waktu pada layar. Keunggulan dari tes ini nilai langsung keluar jadi tak ada celah “makhluk titipan”.

Tes ini terdiri dari Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) yang meliputi Pancasila, Undang Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Saya membahas TKD melalui buku-buku persiapan tes CPNS serta merangkum hal-hal penting dalam sebuah buku. Segitunya? Ya, menulis membuat saya lebih mengingat. Yang tidak saya sangka, dalam soal saya ada pertanyaan mengenai nama Raja Yunani -_-

Materi TKD juga memuat Tes Intelegensi Umum (TIU). Seingat saya dalam TIU ini ada soal-soal sinonim, antonim, deret, suku ke-n, silogisme, matematika dasar, daaan saya lupa yang lainnya. Rajinlah membahas soal karena dengan demikian otak kita lebih terasah mengenal medan tempur ini.
 
Terakhir, Tes Karakteristik Pribadi (TKP). Pertanyaannya seputar langkah apa yang akan kita ambil dalam sebuah situasi, kemudian juga menggali jiwa kepemimpinan dan kemampuan bekerjasama kita. Contohnya: Jika kamu sedang memimpin rapat, datang SMS mengabarkan anak kamu sakit. Apa yang kamu lakukan? 

Tes tanggal 6 Oktober itupun selesai. Waktu yang diperlukan adalah 90 menit untuk 100 soal. Nilai saya keluar yaitu 347 dengan rincian TWK 100, TIU 90, TKP 157. Selesai tes, saya sempat berbincang dengan seorang pegawai sekjend kemenkeu yang merupakan alumni fakultas saya serta seorang bapak panitia rekrutmen. Mereka menanyakan kegiatan saya di kampus, Setelah mengetahuinya, mereka katakan: “Kamu harus LULUS!”  Waahh, terharu mendengarnya :’) Di sini semangat baru muncul.
KETIGA, PSIKOTES. Saya lolos dengan peringkat 181 dari 1921 yang lolos ke tahap selanjutnya dari KP 03 (hukum) se-Indonesia. Yeee saya sukses sebagai kelinci percobaan sistem CAT, apasih! Maka tanggal 1 November saya menghadapi psikotes. Persiapan saya adalah membahas soal-soal psikotes dan belajar menggambar. Jangan lupa tidur yang cukup dan sarapan pagi untuk asupan energi karena energi benar-benar terkuras selama kurang lebih 6 jam di luar waktu pengisian data dan istirahat. Pukul 08.00 kami memasuki ruangan tes di Kampus UPI Padang.

Pada sesi pertama, kita diberikan 4 lembar jawaban. Tiap lembar jawaban memiliki waktu yang sangat singkat untuk mengerjakannya. Pada lembar pertama ada 30 soal yang sangan mudah, hanya tambah, bagi, kurang, kali. Saya mengerjakannya dengan santai, eeeh tidak sadar pada saat menginjak soal ke-15 waktu habis (galau). Merasa gagal, saya balas dendam pada lembaran berikutnya. Saya tidak tahu menyebutnya apa, kira-kira seperti ini soalnya: TDSK-TBSK. Kita teliti 2 kelompok huruf tsb apakah sama atau tidak. Adalagi soal pecahan gambar dan kita memilih pecahan mana yang membuat gambar utuh. Lalu soal-soal memilih siapa yang paling. Misal: Ana lebih tua dari Bayu, Charli lebih tua dari Ana, siapa yang paling muda?. Selebihnya saya lupa, maap. Saran saya sebelum tes, pastikan anda sudah buang air kecil karena saat tes kita tidak diizinkan meninggalkan ruangan. Inilah kesalahan saya sehingga sepanjang tes kloter pertama saya menahan pipis T_T. 

Lepas kloter pertama, saya pasang kaki seribu menuju toilet, dapat antrian kedua ^_^. Mulailah kami mengerjakan tes pauli/tes koran. Kita diberikan kertas sebesar koran dengan angka-angka timbal balik. Cara mengerjakannya adalah menjumlahkan angka pertama dengan kedua, demikian seterusnya. Saya terpacu melihat kecepatan teman di sebelah saya. Saya baru lajur pertama ia sudah masuk lajur kedua. Ternyata teman di samping kita menentukan kecepatan kita menghitung. Saya menyelesaikan 1 halaman depan ditambah lebih dari ½ halaman belakang. Oh ya, ada juga peserta yang minta tambah kertas. Tapi, ini tidak mempengaruhi penilaian, yang mempengaruhi adalah kestabilan kita dalam menghitung. Karena dalam tempo tertentu panitia mengatakan “garis!” maka kita harus menggaris sampai mana batas hitungan kita. Kemudian dilanjut menghitung lagi. Tes ini cukup membuat saya pegal dan serasa mau muntah.

            Saat istirahat Sholat Jumat, saya sempat makan roti dan beberapa suap nasi dari teman saya. Kemudian tes dilanjut dengan hal yang indah-indah, hehehe. Waktunya warteg tes. Inilah saatnya kita menjadi diri sendiri. Jangan tergugah untuk meniru gambar-gambar warteg tes dari internet karena gak mau kan jadi pribadi orang lain? Menggambar ini cukup membuat saya senyum-senyum karena sudah saya pikirkan dari rumah akan menggambar apa. Warteg tes terdiri dari 8 kotak.
Berikut kreasi saya: Kotak I gambar mata, Kotak II gambar kupu-kupu menghisap nektar, Kotak III gambar tiang listrik, Kotak IV gambar game tembak-tembak (yaa ampun), Kotak V gambar pisau dan buah, Kotak VI gambar laptop dan speaker, Kotak VII gambar bunga dandelion, Kotak VIII gambar orang terjun payung. Usai menggambar, kita disuruh memilih mana yang paling disuka, tidak disuka, mudah, dan sulit. Beri nomor urutan gambar yang pertama kita buat sampai terakhir. Tiap gambar diberi keterangan. Yang paling saya suka adalah gambar bunga dandelion yang terbang berpetualang setelah ia dewasa.

Setelah itu waktunya menggambar orang dan pohon. Saya menggambar seorang wanita yang sedang presentasi. Saya mengambar lengkap mata, alis, hidung, bibir, telinga, rambut, kemeja, blazer, celana panjang, jam tangan, dll. Ketika menggambar pohon, saya memilih menggambar pohon durian lengkap dengan akar, batang yang besar, dahan, ranting, dedauanan rimbun, dan beberapa buah durian.

Next, semacam kuisioner kepribadian. Jawabannya berurutan sangat setuju, setuju, ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju. Misal: Apakah anda merasa banyak berita memprihatinkan di negeri ini? Saya jawab sangat setuju. Benarkah 1+1 = 2? Saya jawab sangat setuju, karena ini merupakan logika matematika. Apakah manusia di dunia hanya terdiri atas orang baik dan orang jahat? Saya jawab sangat tidak setuju, karena ini adalah logika sosial, orang baik punya sisi jahat, begitu pula orang jahat punya sisi baik. Ini menurut saya lhoo.

Selanjutnya ada kuisioner lagi untuk memilih tipe kepribadian seperti apa kita. Misal: A. Saya suka mengajarkan kepada bawahan saya mengenai tugas yang akan ia kerjakan sebelum ia mengerjakan. B. Saya senang dipuji atas prestasi saya. C. Saya senang meluangkan waktu untuk rekan-rekan di kantor dengan mengadakan acara yang bisa mendekatkan kita. Tips, konsistenlah dalam mengerjakan karena beberapa soal akan diulang. Walau waktu itu saya gak bisa konsisten penuh sih ;p Karena ada beberapa yang tidak sesuai kepribadian saya namun saya dipaksa memilih.

Selanjutnya kuisioner mengenai nilai apa pada diri kita yang membuat kita melamar CPNS kemenkeu. Disuruh memilih 3 pilihan diantara banyak pilihan di antaranya integritas, profesionalitas, sinergi, pelayanan, kesempurnaan, dll. Cantumkan alasannya juga.

Terakhir menganai 5 kelebihan dan 5 kekurangan kita. Saran saya isi semua agar mereka lebih dapat mengenali kepribadian kita. Kita juga diminta membuat ringkasan kesuksesan terbesar dan kegagalan terbesar dalam 2 tahun terakhir. Hayoooo banyak-banyak nostalgia. Kesulitan di sini tidak mesti dalam bentuk sertifikat prestasi, boleh juga sukses menghadapi hal sulit, dll. Pukul 15.30 tes berakhir. Saya makan sebanyak-banyaknya dan tidur pulas. Dalam tes ini, berusahalah sebaik dan semaksimal mungkin, namun jangan bebani pikiran harus lulus, serahkan hasilnya ke Allah SWT karena Ia Maha Tahu yang terbaik.

KEEMPAT, TES KESEHATAN DAN KEBUGARAN SERTA TES WAWANCARA AKHIR. Pengumuman 21 November membuat saya menangis karena saya menghadapi tes tanpa beban harus lulus. Di lain sisi, saya bercita-cita menjadi hakim. Karena tes cakim tidak buka 2013, maka saya mengikuti tes Kemenkeu untuk mencari pengalaman. Bisa dibilang awal saya mengikuti tes memang iseng, yaaa iseng dengan persiapan tentunya agar tidak mati sia-sia. Saya menangis karena mungkin di sinilah jalan yang diberikan Allah SWT kepada saya, bukan hakim. Kata sepupu saya Osa, mungkin jika saya jadi hakim saya tak akan sanggup. Galau membuat saya tidak bersiap-siap sedari dini. Jadwal tes kesehatan dan kebugaran tanggal 25 November, jadwal wawancara tanggal 26 November. Saya hanya berlatih lari pada 23 November sehingga kaki saya menjadi sakit. Untungnya ketika tes rasa sakit sudah berkurang dihempaskan semangat membara. 

Tes kesehatan dan kebugaran berlangsung di markas tentara. Jangan lewatkan sarapan pagi agar tidak pingsan! Pertama, kami di tes tensi, denyut nadi, tinggi badan, berat badan, mata, dan buta warna. Tidak ada cek darah dan urin. Kemudian mulailah lari 12 menit dan shuttle run. Kabarnya dalam lari 12 menit, minimal wanita menyelesaikan 4 putaran lapangan bola. Pria minimal menyelesaikan 6 putaran lapangan bola. 

Kami dipakaikan baju seragam yang ada nomornya. Saya mendapat nomor 4. Saya berlari paling cepat hahaha. Tak disangka masuk putaran kedua kaki saya sakit dan saya mencuri kesempatan untuk berjalan. Saya diteriaki panitia dan tentara. Maksud mereka di sini baik agar kita mampu menyelesaikan sebanyak mungkin putaran. “Hei hei kamu 4 kenapa jalan! Hei kamu 4 cepat! Hei 4 kok santai kali!” Tak hanya tentara dan panitia, peserta yang telah selesai lari juga menyoraki kami dengan teriakan penuh semangat. Ada yang bilang “Cieeee 4 sepatu baru!” Saya hanya mesem-mesem. Tapi saya senang diteriaki karena mereka ingin kami lulus. Lewat 4 putaran, saya santai karena merasa sudah melewati batas aman. Ehh saya dibalap oleh 2 pelari lainnya. Gagal pertamax gan! Akhirnya saya mampu menduduki juara 3 di kloter saya (total 6 kloter di Padang, tiap kloter max 10 orang) dengan 5 putaran lapangan bola di hari panas (pukul 10.30).

Kami diberikan minum dan istirahat sejenak. Belum cukup merebahkan kaki, saya mendapat giliran shuttle run, Shuttle run adalah berlari secepat mungkin membentuk angka 8 sebanyak 3 kali. Saat saya lari hujan mulai turun rintik-rintik. Akhirnya hujan turun deras Beruntung semua peserta sudah selesai. Saya pun pulang mengendarai sepeda motor berkawankan mantel. Singgah sebentar makan di Batagor Ihsan (promo).

Esok harinya adalah tes wawancara akhir. Persiapan saya hanyalah membuka tabloid Genta Andalas beserta semua tulisan-tulisan saya di Genta. Tak lupa saya nostalgia apa saja kegiatan saya selama menjadi wartawan kampus dan event apa yang pernah saya angkat. Genta Andalas adalah organisasi kampus yang bergerak di bidang jurnalistik. Saya membaca tugas pokok dan fungsi Kemenkeu, Ditjen Pajak, dan Sekjend. Masa sih kita gak paham posisi yang kita lamar? ;p

Tes wawancara akhir diikuti oleh 455 orang dari KP 03 (hukum) se-Indonesia. Sebelum memasuki sesi wawancara, kita diberikan 2 lembar kertas yang sebenarnya juga telah kita isi sewaktu psikotes. Yaitu mengenai kesuksesan kita dan kegagalan kita. 2 lembar kertas ini dibawa bersama Daftar Riwayat Hidup yang kita bawa dari rumah. Sesi wawancara berlangsung selama 30 menit dan direkam. Pewawancara saya adalah 2 orang Bapak yang berasal dari Ditjen Pajak pusat. Mereka mulai memperkenalkan diri dengan ramah.

Pertanyaan pertama adalah IPK. Setelah mendengar IPK saya sekian koma sekian, si pewawancara menanyakan tips belajar agar mendapat IPK demikian dan bagaimana membagi waktu dengan organisasi karena saya merupakan wartawan kampus. Kemudian seputar organisasi. Salah satunya saya disuruh menceritakan liputan terberat yang saya angkat, mengenai uji materil UU Perguruan Tinggi oleh mahasiswa Unand ke Mahkamah Konstitusi. Perlu saya beberkan rahasia bahwa saat wawancara saya sama sekali tidak kalem. Saya justru apa adanya seakan-akan saya sedang mempresentasikan hasil liputan saya kepada pemimpin redaksi dengan berapi-api. Tapi tetap kontrol emosi jangan sampai gebrak-gebrak meja, duduk-berdiri, mata melotot, dll *lebay. Saya mendapatkan pertanyaan melulu organisasi sampai akhir. Selalu ditanyakan apa yang dilakukan, siapa yang terlibat, dan apa hasilnya. Apa hasilnya ini selalu ditekankan. Intinya mereka ingin mengetahui pengaruh kita dan bagaimana kita menyelesaikan masalah. Sama sekali tidak dilihat Daftar Riwayat Hidup yang saya bawa. Bahkan tak ada pertanyaan seputar Kemenkeu dan tak ada petanyaan dalam bahasa Inggris (padahal sudah saya persiapkan sedikit, hehehe).

Pertanyaan untuk tiap peserta tidak sama tergantung apa yang kita lakukan. Ada teman saya yang ditanya isu hukum aktual, pernah mencontek atau tidak, dll. Tak masalah jika tak punya organisasi. Apapun bisa kita tonjolkan di sini termasuk hobi, prestasi, dll. Misal teman saya tidak memiliki organisasi namun ia pemain basket andalan kampus. Intinya kemukakan kesuksesan apa yang anda raih dan bagaimana anda menghadapi kegagalan. Di ujung wawancara, saya menandatangani surat perjanjian bersedia ditempatkan di mana saja. Sebelum berakhir, pewawancara mempersilahkan saya bertanya kepada mereka. Waktu itu saya tanyakan untuk berita kemenkeu di website kemenkeu, apakah ada wartawan khusus yang meliput atau bagaimana? Jawab mereka bahwa pegawai Kemenkeu-lah yang menulis berita tersebut, jadi banyak hal yang dipelajari setalah masuk Kemenkeu. Wahh salut :-)

Pengumuman yang dijadwalkan tanggal 4 Desember ditunda. Kami seperti digantung karena tak ada kepastian, disuruh memantau website setiap saat. Serasa di-PHP-in. Akhirnya pada tanggal 24 Desember pukul 23.00 saya mendapati nama saya tertera di urutan 23 dari 300 KP 03 (hukum) yang lolos tes CPNS Kemenkeu. Padahal kuota untuk KP 03 (hukum) adalah 429 orang. Sorry to write this: Jadi, hanya yang berkompeten saja yang berhak lulus menurut Kemenkeu (pertanyaan ini tertera di website kemenkeu). Tapi menurut saya, banyak orang-orang berkompeten yang hebat yang mengikuti seleksi, namun bukan di sini jalannya, ada tempat lain di mana ia akan menjadi lebih baik, di sanalah rezekinya. Semangat juga buat teman-teman yang belum lulus, mana tahu di antara kalian yang akan jadi hakim, hehehe.

Kembali ke laptop. Alhamdulillah Ya Allah :’) Saya langsung sujud syukur. Terima kasih kepada orang tua saya yang senantiasa mendukung dan mendoakan, adik-adik saya yang memberikan keceriaan dan semangat, nenek saya yang berdoa tiap sholat, sepupu yang senantiasa mengikuti perkembangan selama saya menjalani tes, dan teman-teman atas dukungan morilnya. Tentunya terima kasih kepada Kemenkeu yang mempercayakan saya menjadi abdi negara bidang perpajakan. 

Tips secara umum: 
1.   Perbanyak membahas soal-soal persiapan tes CPNS dan soal-soal psikotes.
2.  Jadilah diri sendiri, apapun yang telah anda lakukan di masa lalu tak kan sia-sia.
3.  Pahami kelebihan dan kekurangan anda. Jadikan kelebihan sebagai tonggak kesuksesan. Jadikan kekurangan bukan sebagai hal yang menghambat kesuksesan. Intinya bagaimana anda mengelola dan memperbaiki kekurangan.
4.  Terapkan pola hidup sehat sejak dini, rajinlah berolah raga.
5.  Buka website kemenkeu, tak ada ruginya anda update berita seputar kemenkeu.
6. Perbanyak beribadah sunnah, yang mulai jauh dari Tuhan, mendekatlah. "Jika kamu mendekati-Ku dengan berjalan, niscaya Aku mendekatimu dengan berlari-lari kecil"
7.  Jangan bebani diri dengan kalimat "Aku harus lulus." Tapi lakukanlah yang terbaik semaksimal mungkin. Kerahkan amunisi terbesar. Rezeki itu Allah yang atur.

Semangat buat para peserta tes CPNS Kemenkeu selanjutnya!!! Mari bergabung bersama kami!!!   NB: Saya sangat menghargai pembaca yang menyempatkan untuk mengirimkan komentar. Apabila ada pertanyaan bisa langsung berkomentar di blog ini atau dapat menghubungi saya via FB, twitter, dan email.  Tulisan ini tidak bermaksud menggurui, hanya berbagi saja mudah-mudahan bermanfaat.

Kamis, 17 Oktober 2013

Cita-Citaku Menjadi Astronot (Bag. I) : Perahu Layar

Oleh: Febby Mellisa

http://4.bp.blogspot.com


Layar berkibar seirama ritme angin. Bintang berserakan menjadi atap perjalanan kami. Ini pengalaman pertamaku ikut memancing ikan bersama ayah. Air begitu tenang saat dilalui oleh perahu kecil kami. Maklum, ayah belum mampu membeli perahu motor, yang tak perlu angin darat untuk menggerakkannya menuju laut.
Sekedar tahu saja, angin bertiup dari daerah yang bertekanan udara tinggi ke daerah yang bertekanan udara rendah. Tekanan udara berbanding terbalik dengan suhu. Mengenai suhu, jika suatu zat memiliki kalor jenis yang besar, berati zat tersebut susah dipanaskan, namun setelah sumber panas dihilangkan, zat tersebut susah didinginkan. Contohnya laut. Sebaliknya, jika suatu zat memiliki kalor jenis yang kecil, berarti zat tersebut gampang dipanaskan, namun setelah sumber panas dihilangkan, zat tersebut gampang dingin kembali. Contohnya tanah dan pepohonan.
Nah, pada siang hari, matahari menyinari permukaan bumi. Daratan segera menjadi panas sementara lautan masih dingin. Inilah sebabnya suhu udara di darat lebih panas daripada suhu udara di laut pada siang hari. Pada malam hari, angin bertiup dari darat ke laut. Karena sumber panas telah hilang, daratan menjadi dingin, sementara air laut masih menyimpan panas. Jangan heran aku bisa menjelaskan panjang lebar begini. Nilai fisika ku tak pernah kurang dari 100!
Namaku Bayu. Aku kelas 1 SMP. Ayahku seorang nelayan tradisional. Ia sangat menyayangiku. Malam ini ayah ingin mengenalkan deburan ombak kepadaku. Aku merasakan aliran Samudera Hindia dari sini. Tak lama kemudian, ayah menebar jala. Perlahan tetapi pasti, ikan-ikan terjaring. Kami terus menyusuri lautan, di titik berikutnya ayah menebar jala lagi, dan ikan-ikan terjaring kembali.
“Ahhh segarnya ikan-ikan ini. Semoga besok laris semua di pasar, ya Yah!” ujarku.
“Mudah-mudahan, Nak. Ayo buru lebih banyak!” kata ayah bersemangat.
            Selagi ayah belum menebar jala, aku menatap angkasa yang luar biasa kilaunya, kumpulan cahaya tanpa batas, penuh misteri. Aku tunjuk satu bintang, bintang paling cerah.
“Yah, tahu tidak nama bintang yang paling cerah di langit malam?” tanyaku.
“Hmm, apa ya? Bintang Kejora kah?” jawab ayah.
“Huuu, ayah asal deh. Oh iya, Bintang Kejora itu sebenarnya bukan bintang lho. Tapi Planet Venus yang tampak bercahaya karena memantulkan sinal matahari. Kalau bintang paling cerah di langit malam disebut Bintang Sirius, Yah.” Jelasku.
“Oo, ayah baru tahu. Eh, ngomong-ngomong bintang apa namanya tadi? Bintang Serius? Hahaha” canda ayah.
“Ayaaaaaaaahhhh!...” cetusku.
            Begitulah, ayah sering sekali menjadi korbanku untuk mendengarkan teori-teori fisika dan astronomi. Tapi ayah terlihat senang, karena aku adalah anak satu-satunya, anak semata wayang. Kelamnya langit perlahan pudar seiring terbit fajar. Aku dan ayah bergantian sholat Subuh di atas perahu. Tentunya tak ada kiblat.
            Matahari menggantikan peran bintang-bintang. Angin laut menghantarkan kami pulang ke daratan. Dari kejauhan terlihat hamparan sawah nan hijau. Bukit nan dipenuhi pepohonan. Tak ada asap maupun limbah pabrik. Desaku memang indah.
*bersambung*

Rabu, 25 September 2013

Pelajaran Berharga Dari Sang Penabrak



Padang (18/9). Pagi yang cerah. Usai melakukan wawancara ke Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang bersama Ditya, kami pun berpisah. Ditya pulang ke kontrakannya di Limau Manih. Sedangkan saya menuju kantor pengadilan untuk menjemput mami. Kami berencana akan ke sekolah Fenny (adikku) untuk mengurus suatu hal.
Si Putih melaju dengan mantap. Ia sangat jinak terhadapku yang terkadang menginjak pedal sesuka hati. Namun kali ini aku tidak menginjaknya begitu dalam karena nasihat mami terekam jelas di ingatanku, “Jangan ngebut!”
Di persimpangan, dekat dengan kantor Pengadilan Negeri Jl Khatib Sulaiman, mobil di depanku berjalan pelan karena ia akan berbelok. Maka aku pun mengiringi dengan pelan. Bagaimanapun yang belakang adalah follower.
“Brukkkkk!!!!” Tiba-tiba terdengar suara kencang. Bersyukur aku memakai sabuk pengaman yang membalut tubuhku mengurangi daya hentakan. Orang-orang sekitar melihat ke arahku. “Ya Allah sayakah yang ditabrak?” Benar, mulut Innova menghantam ekor Si Putih. Aku pun lemas dan berjalan pelan. Tampaknya Innova berhasil menambah rentetan panjang goresan Si Putih. Sang pengendara membuka kaca jendelanya dan ia turun. Aku hanya berjalan pelan kemudian berhenti. Daaannn”Huaaaaaaaaaaaaa........ :(” Aku menelpon mami.
“Tok tok tok...” suara kaca jendelaku diketok. “Ibu, maafkan saya. Yah namanya juga kecelakaan. Saya tidak menduga. Saya mengerti perasaan ibu, Saya juga pernah ditabrak. Terserah ibu mau di bawa ke mana. Ke polisi juga tak apa. Saya akan bertanggung jawab. Kalau ibu mau, kita bisa bicarakan ini baik-baik.”
Terdiam... Aku pun turun melihat kemalangan Si Putih. Oh Tuhan, lampu belakang pecah, bemper nyaris patah, pintu belakang penyok dengan beberapa goresan. Walhasil depan belakang cacat. Oh ya, aku sewaktu masih belajar pernah menggesekkan si Putih ke pagar rumah nenek.
Tak berselang lama, mami pun datang. Si Bapak mengaku senantiasa berzikir membawa kendaraan. Ia hanya membawa mobil perusahaan. Tak hanya Si Putih yang cedera. Pintu Innova itu bahkan bergeser. Yah walaupun mulut besinya baik-baik saja.
Sebenarnya terbit rasa iba pada si Bapak yang pensiuan perusahaan tambang ini. Ia bukanlah orang yang berada. Namun ia jujur dan mau bertanggung jawab. Padahal kalau mau lari ia bisa saja. Dari cara berbicara si Bapak pun aku melihat etika tingkat tinggi dalam dirinya. Terlihat ia tak menyalahkanku sedikitpun. Biasanya ada orang yang kalau salah malah mencari-cari kesalahan orang lain.
“Saya akan bertanggung jawab, Bu. Namun saya mohon diringankan,” ucapnya kepada mami dan juga Om Joni yang turut berada di lokasi. Negosiasi berakhir dengan sebuah kesepakatan. Aku hanya terdiam, mengamati sebuah pelajaran berharga.

Senin, 22 April 2013

Ketika Tujuan Ibadah Tak Lagi Karena Cinta



Oleh : Febby Mellisa, mahasiswa Fakultas Hukum Unand*


https://gatotwid.files.wordpress.com


Bagi pengikut blog saya, tentunya tak asing dengan judul yang diawali dengan “ketika”. Ya, saya memang tertarik dengan kata “ketika”. Menurut saya, kata tersebut memiliki tafsir tersirat, yang dikuatkan oleh kalimat di belakangnya. Tanpa memperpanjang mukaddimah, mari lanjut pembahasan “Ketika Tujuan Ibadah Tak Lagi Karena Cinta”.

Getir kehidupan saya saat ini meresonasi pikiran ke masa lalu, saat pesantren Ramadhan. Saya begitu termangu mendengar ceramah dari Ustadz usai shalat Isya berjamaah. Saya memang gemar shalat berjamaah kala itu karena ingin mendengar ceramah. Dari kecil saya sangat tertarik dengan hal-hal berbau agama. Bahkan puluhan buku-buku religi menghiasi rak. Ceramah tersebut berisikan tentang “Tiga Tingkatan Ibadah”.


  1. Tingkatan terendah. Beribadah “Ibarat buruh mengerjakan perintah majikan”. Sang buruh takut dihukum jika tidak melaksanakan perintah, belum lagi ancaman gaji dipotong atau bahkan tidak dibayar. Intinya, seseorang melakukan ibadah kepada Allah karena takut DOSA.
  2. Tingkatan menengah. Beribadah “Ibarat karyawan bekerja pada sebuah perusahaan”. Sang karyawan bekerja sebaik mungkin agar dilihat oleh direktur dan mengharapkan kenaikan pangkat atau gaji.  Intinya, seseorang melakukan ibadah  kepada Allah karena mengharapkan PAHALA.
  3. Tingkatan tertinggi. Beribadah “Ibarat ibu menyusui anaknya”. Kasih sayang ibu tiada batas kepada sang buah hati. Ibu tak pernah meminta imbalan pada sang anak. Intinya, seseorang melakukan ibadah kepada Allah karena CINTA.

Pernahkah kita berpikir untuk apa selama ini ibadah yang kita lakukan? Apakah karena takut dosa? Atau mengejar pahala? Pernahkah kita beribadah tulus karena cinta? Mungkin jawabannya kurang lebih seperti ini:  Saya berjilbab karena takut dosa bertambah setiap hari; Saya shalat sunnah karena saya pernah melalaikan sholat, maka untuk menutupinya saya memperbanyak ibadah. Atau seperti ini: Saya pernah shalat Tahajud saat esoknya ada ujian sekolah; Saya pernah shalat dhuha saat akan memasuki PTN yang saya pilih; Saya pernah puasa saat keinginan saya tercapai; Saya bahkan memperpanjang kaji Al-Quran ketika saya ingin bimbingan saya diperlancar agar cepat wisuda. Termasuk saya, saya pun khilaf.

Para pembaca budiman, kita manusia biasa yang mempunyai hawa nafsu dan hasrat duniawi. Tapi mari kita minimalisir melalui perubahan orientasi tujuan beribadah. Akan sangat indah jika ibadah dilandasi rasa cinta. Melakukan ibadah kapanpun karena kerinduan dengan Yang Maha Kuasa. Ada keinginan untuk selalu berkomunikasi dengan Sang Pencipta raga dan nyawa.

*mahasiswa yang sedang curhat bimbingan skripsi