Bercerita tentangmu, mungkin tak sehebat memoar R.A. Kartini
Melukiskan parasmu, mungkin tak seelok princess Syahrini
Apalagi membingkai figurmu, barang tentu tak sepopuler Sri Mulyani
Ah, Ibu…
Bagaimana aku bisa menerjemahkan sosokmu dalam rangkaian kata
Jika saja kisahmu dapat dituliskan dengan tinta emas pada kertas bertabur permata
Tak akan mampu menggambarkan betapa engkau sangat berharga
Ibu… Ingatkah?
Saat aku dititipkan di rahimmu
Sampai saat pecah tangisku menjadi bahagiamu
Saat aku masih ingin digendong walau matamu sudah terkantuk
Sampai engkau terbangun lagi karena pekikku
Ibu… Sekarang aku sudah bersekolah
Topi upacaraku hilang, aku mencarimu
Susah mengerjakan PR, aku bertanya padamu
Dijahati oleh teman, aku mengadu padamu
Sungguh aku merasa terlindungi berada di dekatmu
Ibu… Sekarang aku sudah bekerja
Mungkin aku terlalu sibuk hingga jarang menghubungimu
Mungkin aku sedang rapat saat engkau meneleponku
Mungkin aku sudah mulai malu mengatakan sayang dan rindu
Tapi ketahuilah Ibu, dalam dialog dengan Sang Pencipta, selalu kuhadirkan dirimu
Terlahir dari rahimmu adalah anugerah bagiku
Semoga Ibu sehat dan bahagia selalu
Dari anakmu, yang mencoba menitipkan sepaket rindu
Namun pada akhirnya menarik paket itu dari jasa ekspedisi, untuk disampaikan langsung padamu
Kring kring…
Halo Ibu, apa kabar?
Aku sayang Ibu.
Selamat Hari Ibu!!!
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus