Nindya tidak suka malam. Baginya, malam adalah sebuah obat yang
teramat pahit, yang pahitnya tak hilang bahkan setelah luruh di tenggorokan.
Malam, persekutuan antara gelap dan perenungan. Dengan cahaya yang tak
begitu terang, Nindya menelusuri jejak kenangannya lagi dan lagi.
Malam, duet kesunyian dan kesendirian. Untuk itu ia hadirkan khayalan
tentang seseorang, menemani dirinya sampai kantuk menghampiri.
Proses lakrimasi terjadi bersamaan dengan kelopak mata yang terlanjur
berat. Hasilnya, sebuah sungai, tidak deras, mengalir dari pelupuk.
Malam memang obat yang sangat pahit, tapi pagi adalah sebuah
kesembuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar