Blue Fire Pointer AIRPLANE IN THE SKY: Sajak dan Pena

Minggu, 05 Maret 2017

Sajak dan Pena


Di sebuah meja kerja, terjadi percakapan antara Sajak dan Pena.


Pena: Kaukah itu, Sajak?

Sajak: Iya, saya datang.

Pena: Jika kau ada waktu, saya ingin bercerita sebentar saja.

Sajak: Lama juga tak apa.

Pena: Saya lelah menuliskan cerita tentang seorang wanita.

Sajak: Fiksi?

Pena: Nyata.

Sajak: Mengapa lelah?

Pena: Cerita tentangnya sangat panjang.

Sajak: Kalau itu melelahkan, mengapa tidak berhenti menuliskannya?

Pena: Tuanku yang memerintahkan.

Sajak: Hahaha, pria gila itu.

Pena: Ya, yang selalu menangkapmu setiap kau terbang di sekitar kepalanya.

Sajak: Memangnya siapa sih wanita itu?

Pena: Saya justru tak pernah melihatnya. Tapi dari tulisan Tuan, wanita itu istimewa sekali.

Sajak: Menurutku, Tuanmulah yang mengistimewakannya melalui sajak-sajak yang ia tangkap.

Pena: Kalau kita mogok bagaimana?

Sajak: Maksudnya?

Pena: Saya kosongkan tinta. Kau berhenti terbang. Agar Tuanku tak dapat menulis sajak lagi.

Sajak: Jangan! Nanti Tuanmu kehilangan pelampiasan. Hmm… Aku coba membantu.

Pena: Caranya?

Bergegas Sajak terbang mendekati Sang Tuan. Menyadari ada Sajak di sekitarnya, Tuan yang takut kehilangan Sajak segera mengambil pena kemudian menuliskan:

“Hai masa lalu, bolehkah saya menyisihkan ruang dan waktu untuk sejenak mengenangmu?  Bukan saya ingin mengulang kenangan itu. Saya hanya ingin menyampaikan terima kasih. Bahwa kau pernah menemani perjalanan hidupku, meskipun tidak sampai akhir. Tapi pada titian ini, saya menjadi lebih kuat dan lebih tangguh.

Hai masa lalu, bagaimana saya sekarang? Sudah lebih baikkah dari yang dulu? Bukankah seseorang hari ini adalah hasil dari serangkaian waktu yang tidak pernah putus? Sekali lagi terima kasih. Semoga kau bahagia di sana.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar