Blue Fire Pointer AIRPLANE IN THE SKY: 2012

Sabtu, 29 Desember 2012

HET Benahi Mental dan Skill Lewat Diklat Medis




Dalam rangka Open Recruitment (OR) calon anggota, Hypocrates Emergency Team (HET) Fakultas Kedokteran Unand mengadakan Pendidikan dan Pelatihan (diklat) Medis. Diklat ini berlangsung dari tanggal 28 Desember  2012 sampai 1 Januari 2013. “Tujuan acara ini adalah menghasilkan anggota yang tanggap darurat sebagai tim bantuan medis,” ujar Wici Septi Yeni, ketua pelaksana. Ia mengatakan bahwa anggota HET harus siap “turun” dalam memberikan bantuan meski di luar Padang.

Diklat medis terdiri dari 16 kegiatan, diantaranya adalah resusitasi jantung paru, luka perdarahan, dan tali-temali. Kegiatan ini tertutup khusus untuk calon anggota. Sebanyak 17 orang mengikuti diklat hari ini (29-12) di Gedung IJ Fakultas Kedokteran Unand. Calon anggota memakai scraft warna kuning sedangkan anggota memakai scraft warna merah. Ketika Materi Luka Bakar oleh dr. Dedi Saputra sedang berjalan, peserta tampak khidmad mengikutinya. Dedi mengharapkan agar semakin hari calon anggota semakin aktif lagi untuk bertanya.

HET adalah organisasi yang merupakan perpaduan antara medis dan alam. “Semi militer, kita seperti Mapala-nya Fakultas Kedokteran,” ucap Wici tegas. Tahun ini merupakan tahun ke-24 HET membuka OR. Setiap orang tentunya tidak menginginkan bencana terjadi, namun tim bantuan medis mesti siap menghadapinya. Wahyu Tri Nofriansyah, Ketua HET terpilih yang baru 4 hari memimpin, mengatakan “Harapan buat calon anggota semoga siap menjadi insan untuk tim bantuan medis berhubungan dengan menyelamatkan nyawa dari segi mental, ilmu pengetahuan, dan skill.”

Untuk HET ke depannya, Wahyu berharap HET semakin eksis dan sumber daya di dalamnya bisa diperhitungkan. HET yang didirikan secara resmi sejak tahun 1990 ini menanamkan nilai-nilai kejujuran dan tanggung jawab kepada anggotanya.

Kaderisasi calon anggota telah berjalan 6 bulan. Sebelum diklat medis, calon anggota telah melalui tahap wawancara dan tes fisik. Setelah diklat medis, rangkaian kegiatan OR selanjutnya adalah kegiatan alam terbuka dan pengabdian masyarakat. Tidak hanya sekedar memberikan informasi terkait diklat, namun anggota HET yang menyambut kru Genta dengan hangat ini juga mengajak kru berdiskusi mengenai perkuliahan di Fakultas Kedokteran dan bagaimana seorang mahasiswa yang mengabdikan diri sebagai aktivis kampus. Semoga HET bisa menelurkan generasi yang lebih baik. Amin. (Reporter: Febby Mellisa, Fotografer: Khairunnisah)

Sabtu, 20 Oktober 2012

Mami, Wanita Terbaik Sepanjang Masa



Well, tanpa menduakan Khadijah dengan ketaatannya terhadap Allah dan Rasulullah. Tanpa mengenyampingkan Ibu Kartini sebagai pelopor kebangkitan wanita pribumi. Tanpa melupakan Putri Diana dengan aktivitas sosialnya. Ruang lingkup tulisan ini diperkecil menjadi “Wanita Terbaik Sepanjang Masa dalam Hidupku”
Sembilan bulan aku bermukim di rahim mami. Ya, ya, aku tahu itu hal lumrah yang dilalui manusia dalam proses penciptaannya. Apa sih yang membuat mami begitu spesial? Kulit putihnya? Mata sayunya? Suara merdunya? Atau karena beliau pernah nge-MC pelantikan hakim tipikor se-Indonesia? Tidak!!

Best Female Actor
Dunia adalah panggung sandiwara. Adagium yang tak asing lagi di telinga. Namun tak semua sepakat memaknainya. Dan kira-kira dapat ku jelaskan seperti ini: “Kita yang bertemu hari ini adalah jodoh. Tuhan telah mengatur semuanya. Aku terlahir dari rahim Bu Deflina, Bu Deflina adalah anaknya Nek Celly, Nek Celly dikaruniai 11 cucu. Sebuah keluarga artinya kumpulan orang-orang yang ditakdirkan untuk bersama. Tuhan yang menentukan peran dan kita yang membuat skenarionya. Di akhirat nanti, usia kita sama (wallahualam). Tak ada kakak, adik, ibu, ayah, apalagi nenek!” ^_^

Kembali ke laptop, eeh mami. Baik sebagai sebagai seorang istri maupun ibu adalah dua peran yang sangat krusial. Peran pertama untuk membesarkan pria. Dibalik pria sukses ada wanita hebat. Peran kedua untuk mendidik anak-anaknya. Bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dimengerti anak-anaknya.

Setegar Batu Karang
Ombak besar kerap ‘menampar’ batu karang. Namun batu karang senantiasa kokoh. Pernah suatu hari sang papi nan tengah bertugas di Padang Sidempuan Sumatra Utara, tiba-tiba terpilih sebagai salah 1 dari 9 hakim yang akan ditugaskan selama 3 bulan di Aceh. Tahun 2003, untuk apa? Mengadili kasus Gerakan Aceh Merdeka (GAM)! Detik-detik menjeang keberangkatan papi ke Aceh, kulihat mami memeluk erat pria berkacamata itu TANPA AIR MATA. Setiap hari papi menghubungi kami lewat telepon genggam Nokia 3310 itu. Papi bercerita bahwa setiap hari terdengar bunyi bom. Awalnya setiap letusan bom memekik, papi selalu pingsan. Lama kelamaan menjadi terbiasa. Mami di sini menjaga aku yang masih SMP, adikku Vivi yang masih SD, dan adikku Fenny yang masih berusia 3 tahun. Tak pernah kulihat mami dengan wajah dirundung duka. Meski kecamuk itu kian melanglangbuana, senyuman lebar tetap mempesona. Apa jadi kalau kediaman papi digelinding salah satu benda penghancur itu?

Ah, Cuma satu kisah, tak ada yang spesial untuk menjadi wanita terbaik. Tunggu dulu! Tahun 2006, hampir 3 tahun kami jejaki wilayah Lampung. Saat seorang terdakwa mengancam akan melempari rumah kami dengan truk penuh batu, kulihat mami berusaha menghibur kami anak-anaknya. Padahal malam itu lampu sengaja kami matikan agar terlihat tak ada kehidupan di rumah dinas ini. Lagi, TAK ADA AIR MATA.

Kita masuk ke bagian yang paling pelik kawan. Sebuah daerah di Sulawesi Selatan yang masih kental dengan mistisnya. Papi merasakan sakit yang teramat sangat. Berulang kali berobat ke dokter ternama sekalipun, jawaban mereka sama “Bapak tidak sakit.” Apa sebenarnya yang papi rasakan? Maka berlakulah asas “mata dibalas mata.” Papi ‘diobati’ oleh orang pintar. Di depan mataku papi berteriak-teriak menahan sakit sampai menangis meraung. Dan kulihat mami di sampingku hanya terdiam, TAK ADA AIR MATA. Sempat papi menyuruhku masuk ke dalam kamar. Adikku yang tak tahan segera berlari ke kamar dengan ratusan bulir air mata yang ‘berkejar-kejaran’. “Siapa yang melakukan ini Pak? Orang dalam (kantor) kah?” tanya mami ke orang pintar. “Tidak usah dijawab Pak, saya takut terbit dendam di hati saya jika saya tahu orangnya, saya tak mau membalas.” Kalau aku jadi papi, saat itu juga ku penggal leher pelakunya!

Tak lama setelah kejadian itu, papi pingsan secara mendadak dan dilarikan oleh ambulans ke RS di Makassar, 2 jam dari kediaman kami. Terlihat mami berkemas memberesi barang-barang untuk menginap di Makassar. Aku tak tau harus berkata apa. Nyawa sang ayah seperti di ujung tanduk. Aku tak dapat menerka bagaimana kelamnya nasib masa depanku tanpa sang ayah di sisiku. Hanya doa tulus yang bisa kupanjatkan kepada sang Khalik yang ‘menandatangani’ miliyaran doa tiap detiknya, semoga papi segera sehat dan panjang umur. Kemudian mami dengan senyum hanya berpesan pada kami untuk menjaga rumah dan membersihkan rumah. Di depan mami yang TANPA AIR MATA, tak mungkin aku menumpahkan bakal air mata ini, lipid layer begitu kuat membungkus air mata dan mencegahnya jatuh ke pipi.

Banyak lagi kisah yang tak bisa aku sebutkan di catatan ini, jika kita bertemu kawan, akan kuceritakan. 

Nestapa dibalik Tawa
Tak pernah kulihat mami menangis dengan pressure yang begitu hebat mendera keluarga kami. Aku sempat berpikir mungkin air mata itu telah mengering ketika adzan subuh berkumandang. Karena air mata hanya bisa bersemayam ketika malam menyelimuti tidur lelapku, saat itulah sang ibu mengangis di depan Tuhan Yang Maha Tahu. Ntahlah, aku tebak alurnya seperti itu.

Bagaimana anak-anak bisa tenang dan tegar jika sang ibu terlihat tidak tegar? Lagi-lagi ini asumsiku untuk menjelaskan sang mami yang TANPA AIR MATA. Berbuat baiklah, senantiasa kebajikan dalam bingkai kehidupan. Menangis saat bahagia, tersenyum di kala duka.

Kini, kulihat status FB mami bahwa ibundaku tercinta itu sedang menangis. Jika itu karena kenakalanku, ampuni aku mami. Jika bukan karenaku, semoga semua bisa pulih kembali :’)—FEBBY

Sabtu, 06 Oktober 2012

Generasi Baru Genta Andalas 2012



Dunia kampus tak hanya dijadikan sebagai tempat untuk melanjutkan tingkat pendidikan namun  juga  sebagai tempat untuk melatih kemampuan diri dalam berorganisasi. Salah satu organisasi di Unand adalah Unit Kegiatan Pers Mahasiswa Genta Andalas. Pada bulan Februari silam Genta Andalas membuka Open Recruitment (OR). Lebih dari 70 orang mendaftar dan kini hanya tersisa 27 orang calon anggota. Mereka telah melewati seleksi administrasi, tes wawancara dan tertulis, pembekalan, pra inisiasi, inisiasi, magang divisi, Genta Antara, penampilan BAKTI universitas, berbagai kegiatan yang diselenggarakan Genta Andalas.
Malam tanggal 17 September 2012 adalah malam yang menentukan nasib rekan-rekan peserta OR. Calon anggota dipanggil satu persatu untuk mendengarkan pengumuman dari pengurus. Dari 27 orang yang mengikuti proses selama 7 bulan, 24 orang dinyatakan layak dilantik. Tangisan menemani larutnya malam.
            Pelantikan dilaksanakan tanggal 21-23 September 2012. Tiga hari menjelang pelantikan, para calon anggota dibagi dalam 5 kelompok. Setiap kelompok diwajibkan membuat sebuah liputan. Selain membuat liputan, mereka juga diwajibkan membuat yel-yel serta menyiapkan beberapa perlengkapan pribadi dan kelompok untuk pelantikan. Kekompakan tim sangat diuji.
            Pada tanggal 21 September, calon anggota berkumpul di PKM. Mereka membawakan sebuah drama komedi yang diperankan oleh seluruh calon anggota. Eka Ananda Putri yang berperan sebagai Siti Eka Nurbaya beserta rekan-rekannya berhasil menimbulkan gelak tawa para penonton di PKM. Pukul 22.00 WIB, mereka diperkenankan beristirahat di Mushola PKM hingga subuh.
            Pada tanggal 22 September 2012, calon anggota, pengurus, dewan redaksi, dan alumni menuju tempat pelantikan yaitu Lubuk Tampuruang dengan menaiki bus kampus. Selama perjalanan tampak suasana kekeluargaan yang ditunjukkan dengan menyanyi bersama. Sesampainya di tempat tujuan, rombongan harus berjalan lagi karena medan tersebut tidak dapat ditempuh dengan bus. Kemudian rombongan mendirikan tenda.
            Sekitar pukul 13.00 WIB hujan menancap bumi dengan lebatnya sehingga jadwal untuk games diundur. Pukul 15.30 games dimulai. Games dipersiapkan untuk 3 posko. Para peserta diberi medan yang cukup terjal sehingga perlu menggunakan tali tambang untuk menuruni bukit. Malamnya, ada 4 calon anggota yang tersesat dalam mencari jalan ke perkemahan. Untungnya panitia dapat menemukan mereka. Suasana yang sempat mencekam kembali pulih. Pukul 20.00 WIB calon anggota memaparkan hasil liputannya dan panitia memberi komentar dan saran.
            Pada tanggal 23 September 2012 sekitar pukul 00.00 WIB, peserta dipanggil satu-persatu dari tenda untuk mengikuti uji kesungguhan sekaligus sharing dengan pengurus, dewan redaksi, dan alumni. Hingga tibalah saat yang dinanti-nanti sekitar pukul 11.00 yaitu pelantikan. Calon anggota melawan arus air terjun dengan bermodal seikat tali tambang. Setibanya di kolam atas, mereka antri satu-persatu berendam di air dan kemudian mencium bendera Genta Andalas. Ini merupakan tradisi tahunan pelantikan anggota Genta Andalas.
            Saat Fitria Lonanda selaku ketua OR mengucapkan kata sambutan, terbit air mata kebahagiaannya karena telah selesai mengemban tugas berat untuk melahirkan generasi Genta Andalas yang lebih baik. Melihat Fitria Lonanda atau yang biasa disapa Ichi ini menangis, beberapa peserta pun larut dalam keharuan. Setelah pembacaan Surat Keputusan Pelantikan Anggota Genta Andalas oleh Pemimpin Umum, David Oliver Purba, maka secara resmi peserta OR telah resmi menjadi anggota. Pelantikan disudahi dengan bersalam-salaman. FEBBY

Selasa, 18 September 2012

Cowok ‘Bodoh’, Terima Kasih Yaa

Berkaitan dengan catatan berjudul “Antara Nenek dan Organisasi”, maka sebaiknya teman-teman baca dulu tulisan tersebut sebelum membaca tulisan ini.

Ada seorang cowok berulang tahun hari ini. Tepat pukul 00.00 aku mengucapkan selamat ulang tahun dengan bahasa yang cukup kasar. Sepertinya dia akan terngiang. “Karambia, ultah kau? Selamat ulang tahun ya. Sory aku memutuskan untuk gak ngasi kamu apa-apa. Semoga jadi orang sukses ya!” aku ketik dan aku kirim. Dia segera membalas dan sepertinya dia tahu aku masih di kampus. Segera ia menyuruhku pulang. “Menurutku kamu pulang aja, udah malam kali. Sini aku antar walaupun kamu juga bawa motor,” ucapnya. Kamu cewek, kesetaraan gender itu tak pernah ada,” lanjutnya lagi.

Walhasil aku pulang jam 3 pagi dan dia menjemputku sampai ke PKM Unand. Gak nyangka ada juga yang kayak dia. Di tengah perjalanan, “Lah bagak ang pulang pagi?” tanya dia. “Ini karena aku punya tugas,” jawabku. “Gak bisa pagi, siang? Kamu gak bisa bagi waktu!” Dia marah tapi masih juga ditemaninya aku. “Aku kangen dianterin pulang sama kamu,” ucapku tidak nyambung. “Kamu pikir aku mau nganterin kamu pulang malam tiap hari, ini yang terakhir,” jawabnya tanpa ketus.

Huaaaahhhhh....... Gak tau mau ngomong apa. Selamat ulang tahun yaaa. Maaf telah menghancurkan jam-jam pertama di hari pentingmu.

Antara Nenek dan Organisasi



Malam tanggal 17 September 2012 adalah malam yang menentukan nasib rekan-rekan peserta Open Recruitment Genta Andalas. Mereka disebut dengan calon anggota (caang). Caang dipanggil satu persatu untuk mendengarkan pengumuman dari pengurus. Dari 27 orang yang mengikuti proses selama 7 bulan, 24 orang dinyatakan layak dilantik. Sedih melihat mereka menangis. Bagaimana bisa pergulatan tangguh selama 7 bulan dibayar dengan ucapan “Maaf, Genta bukan tempat kamu,” atau “ Kamu belum layak untuk mengikuti pelantikan,” atau bahkan “ Kalau kamu serius, daftar lagi tahun depan.”

Mereka telah melewati seleksi administrasi, tes wawancara dan tertulis, pembekalan, pra inisiasi, inisiasi, magang divisi, Genta Antara, penampilan BAKTI universitas, berbagai kegiatan yang diselenggarakan Genta, dsb. Tapi adik-adikku, percayalah kami mengambil keputusan ini dengan sejuta makna dibaliknya. Bisa jadi kalian akan menjadi pemimpin di organisasi lain. Atau berprestasi dalam hal akademik. Mungkin kami akan melihat kalian daftar lagi Februari 2013 dengan loyalitas. Yakinlah, kalian punya jalan dan kalian yang tentukan!

Banyak hal ku dapat. Aku mulai memahami berbagai karakter orang. Ada yang kemampuan biasa-biasa saja namun mau belajar. Ada yang sibuk karena punya lebih dari 1 organisasi namun memprioritaskan Genta. Ada yang pintar dan public speaking-nya bagus namun egoismenya tinggi. Ada juga yang rela dimarahi demi melindungi teman-temannya. Organisasi itu, bukan hanya butuh aktor tapi konseptor. Bukan orang yang siap tampil di depan umum, tapi juga bisa mempersiapkan berbagai kegiatan (di belakang layar). Kami butuh orang yang multitalent memang. Kami butuh orang yang loyal. Loyal itu adalah ketika kita harus mngambil sikap atas 2 atau lebih pilihan.

Pengumuman layak dan tidak layak dilantik ini membutuhkan waktu yang panjang karena sekaligus evaluasi diri peserta. Sehingga aku pulang jam 3 pagi. Teman-teman pergi ke percetakan Singgalang sedangkan aku lagnsung ke rumah. Jam 4 pagi aku sampai di rumah. Pintu rumah dikunci dan aku tidur di luar. Baru kali ini aku tidur di luar rumah dengan gigitan nyamuk dan udara dingin. Aku tak berani membangunkan orang rumah. Ketika adzan subuh berkumandang, nenek membukakan pintu. Raut senyum terlihat atas perilaku cucunya yang semena-mena ini.

Pagi yang cerah, nenek marah.  “Bukan malam ini saja nenek mengamati perilaku kamu. Kamu tiap hari pulang malam bahkan pulang pagi. Kita tinggal di wilayah kampung. Apa kata orang kalau anak perempuan pulang malam, pulang pagi!!! Rumah baru dibangun, nanti orang kira kita punya uang karena kamu ‘jualan’ di Taplau!!! Kalau kamu terus-terusan seperti ini biarlah nenek ke Jakarta tempat Wulan. Asal kamu tau, bukan siapa-siapa, tapi kamulah cucu yang paling nenek sayang. Nenek di sini menjaga kamu. Kalau kamu begini nenek lapor aja ke mami papi!!!” Aku hanya terdiam dan menangis. “Kamu tinggalkan organisasi atau nenek yang tinggalkan kota Padang ini!!!,” ancam nenek.



Entahlah, aku cinta Genta. Aku sudah sering sakit karena Genta, bagaimana aku bisa meninggalkan Genta? Bahkan kalau punya anak aku berencana memberi nama GENTA!

Nek, aku gak akan pulang malam tiap hari lagi, aku akan belajar membagi waktu. Soal IP yang turun, akan segera kuperbaiki semampuku. Soal proposal yang belum ada judul, akan segera kumulai untuk menulis. Tapi, izinkan aku tetap menjadi bagian dari keluarga besar Genta Andalas...