Blue Fire Pointer AIRPLANE IN THE SKY: April 2015

Jumat, 10 April 2015

Sekilas Kisah Tentang Pertemuan Kita



Perkenalan kita dimulai saat namaku dan namamu berada di daftar absen yang sama. Sebagai teman sekelas, tentunya kita banyak melakukan hal bersama. Mulai dari mendengarkan dosen mengajar, diskusi kelompok, sampai berfoto narsis. Namun hal ini tak lantas membuat kita akrab, hingga suatu hari dalam sebuah acara kampus di luar kota.

Aku yang tak mengerti bermain domino, perlahan kamu ajari, learning by doing. Waktu itu kita bermain berempat, entah kebetulan atau tidak, kita berada dalam 1 tim. Siapa yang kalah, wajahnya akan dicoret kopi. Permainanku yang asal-asalan sukses membuat tim kita kalah. Akhirnya wajah kita berdua berlumuran kopi. Kita saling menertawakan satu sama lain. Saat tawa kita terhenti, dirimu memberikanku sapu tangan.

Sabtu, 04 April 2015

Monolog: Gadis di Pangkuan Bulan (Ending)



http://cdn.ar.com/images/stories/2011/07/hilal-blue.jpg
Singgasana di Bulan? via http://cdn.ar.com

Cerita sebelumnya:
Akkkhhh, sakit sekali? Aku dimana? Mengapa kepala dan tanganku diperban? Mengapa ruangan ini begitu putih? Dan…….. disampingku ada sang gadis di pangkuan Bulan.
(selengkapnya http://febbymellisa.blogspot.com/2015/02/monolog-gadis-di-pangkuan-bulan.html )

Fiuuhh Cuma mimpi. Tragis sekali kecelakaan dalam mimpi itu. Seakan tak percaya, aku pun bergegas menuju cermin untuk memastikan kepalaku baik-baik saja. Ternyata memang benar baik-baik saja, hanya ada bekas luka kecil. Gilang, Gilang, ada-ada saja. Malam yang selalu setia padaku, kini memberiku mimpi buruk. Tapi itu tak lantas membuatku berpaling dari kecintaanku pada malam.

Hari ini hari libur. Kusempatkan diri untuk ke toko buku untuk menambah koleksi novel fiksi favoritku. Setibanya di toko buku, aku menyisir setiap rak demi rak siapa tahu ada novel fiksi terbaru yang bisa menjadi teman minum kopi di akhir pekan. Penyisiranku terhenti pada sebuah rak di tengah ruangan, di mana di situ terkumpul novel-novel fiksi best seller.

“Gadis di Pangkuan Bulan”, judul novel tersebut. Heiii, aku seperti orang yang dimabuk cinta. Apakah mataku salah mengirim sinyal ke otak sehingga sebuah buku bisa memiliki judul seperti ini? Atau jangan-jangan ada pria lain yang mengabadikan gadis pujaanku dalam sebuah novel? Kupejamkan mata dan kubuka kembali. Olala, masih dengan judul yang sama. Hmm, baiklah, rasa penasaranku memerintahkan untuk membeli novel ganjil itu.

Sesampainya di rumah, kubuka plastik segel yang melekat pada novel itu dan segera membaca  halaman pertama.
Teruntuk seorang gadis yang membawa hatiku pergi dan tak mengembalikannya lagi. Ketahuilah bahwa aku rela kau ambil hatiku.  Kuharap dirimu menemamiku sampai tutup usiaku. Meskipun pada akhirnya dirikulah yang menemanimu sampai ruhmu pamit. Kumohon Bulan jadilah singgasana untuk Bidadariku.” –Gilang-

Lupa Bahagia?

http://cdn.klimg.com/kapanlagi.com/g/2012/11/13/agnes_monica_jumpa_pers_simpati_dance_with_agnes_the_ritz_carlton_pacific_place_scbd_jakarta_13_november_2012_2-20121113-002-bambang.jpg
Tertawa lepas via kapanlagi.com

Masih ingatkah dirimu kapan terakhir kali tertawa lepas? Sebuah tawa yang lahir dari hati. Bukan sekedar menciptakan jarak 45° di sudut bibir.

Tidakkah dirimu iri melihat anak kecil yang dengan mudahnya tertawa? Bahkan dengan sebuah “cilukba” saja bisa membuat pekik tawanya menggelegar.

Apakah dirimu merasa kebingungan dengan hidup yang sedang dijalani? Tidak tahu mengapa kamu harus berada di tempat ini. Selalu bertanya-tanya mengapa kamu harus melakukan pekerjaan ini. Gelimangan Rupiah yang kamu terima setiap bulannya hanya terasa seperti kumpulan kertas ajaib yang bisa mencukupi kebutuhan jasmanimu.

Orang-orang menganggapmu sukses dengan rutinitasmu sekarang. Namun kamu justru merasa kemilaumu di masa kuliah mulai pudar. Transkrip nilaimu yang bertaburan nilai A, dirimu yang selalu bisa menyajikan jawaban terbaik saat dosen bertanya, kini hanya tinggal kenangan manis. Tinggallah dirimu yang "bukan siapa-siapa". Menjalani aktivitas hanya sekenanya. Tujuan hidupmu berubah 180° sehingga membuatmu harus menata ulang kembali hidupmu.

Waktu terus berjalan. Tentu saja kamu tak boleh membiarkan kebingungan ini terus-menerus membayangimu. Kamu punya keluarga yang sangat bangga padamu. Jika panjang umur, kamu punya sekitar 30 tahun waktu produktif untuk berkarya dan membuktikan eksistensimu. Hidup ini memang pilihan, meskipun memaksakan pada pilihan yang terbatas. Tidak sia-sia Tuhan menitipkanmu. Suatu saat nanti kamu akan sangat bersyukur dengan jalan hidup ini.

Jika rasa bosan mengetuk-ngetuk pintu semangatmu, biarkan ia masuk agar kamu tahu apa yang harus kamu lakukan untuk menyuruhnya pergi. Berikut tips-tips untuk mengusir rasa jenuh:
1.    Menggeluti hobi, terserah apapun asal tidak merugikan. Setiap akhir pekan kamu berenang, menulis cerpen, atau menekuni hobi musikmu.
2.   Menjadi sosialita, tentunya disesuaikan dengan budget. Setelah menerima gaji, kamu bisa melengkapi koleksi branded make up mu atau berpikir untuk mencicil mobil baru.
3.   Berwisata dalam negeri. Indonesia terdiri dari belasan ribu pulau. Rugi rasanya melewatkan menjelajah situs-situs indah yang bisa membuat kita semakin bangga dengan negara tercinta.
4.    Bikin passport, belahan dunia mana yang ingin kamu intip dan kamu jamahi? Hehe.
5.    Lihatlah ke bawah. Ribuan orang rela bertaruh memperebutkan posisimu. Jutaan orang masih berpikir hari ini bisa makan atau tidak. Bahkan kamu bisa saksikan orang-orang yang membungkukkan dirinya dengan tangan menengadah, mengiba kepada setiap orang yang berlalu lalang. Maka bersyukurlah, perbanyaklah memberi. Rezeki mereka ada pada diri kita.

Jangan lupa bahagia guys! Tertawa lepas itu milik kita :)