Blue Fire Pointer AIRPLANE IN THE SKY: Februari 2013

Rabu, 27 Februari 2013

Kelanjutan Nasib Amak-Amak



 Langit tampak menghitam. Semburat awan merapat. Rintik hujan kian membuai umat manusia untuk semakin menyipitkan matanya sebelum akhirnya tertidur. Salah satu diantaranya adalah seorang ibu pedagang makanan ringan di depan lokal 1.2 Gedung F, pada hari itu Kamis, (21/2). Dari pada sebutan ibu pedagang, mahasiswa lebih akrab dengan sapaan ‘amak’.
            Mak Yur, demikian panggilan beliau. Baju hijau membalut tubuhnya dan songkok hitam menutupi rambutnya yang mulai memutih. Beliau mengangkat kepalanya dengan mata yang sedikit memerah ketika kru Genta Andalas menyapanya dengan salam. “Mak, saya dari Genta Andalas, boleh wawancara?” tanya kru. “Apo nan nio diwawancara, Nak?” Amak tampak bingung namun tidak menutup diri. Kemudian kru mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Telah diberitakan dalam Tabloid Genta Andalas sebelumnya bahwa sudah ada titik temu melalui diplomasi antara pimpinan Unand dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) serta yaitu dengan dibuatnya tenda kecil untuk tempat amak-amak bernaung. Sebelumnya amak-amak tersebut dilarang berjualan di depan ruang kelas di gedung-gedung perkuliahan karena dianggap dapat menggangu proses belajar mengajar serta merusak estetika. Hingga saat ini masih belum semua amak-amak mendapat tenda kecil tersebut. Mak Yur beserta 3 orang pedagang di Gedung F misalnya. Mak Yur mengaku bahagia dengan dipersembahkannya tenda-tenda kecil tersebut.
First San Hendra Rivai, President International Law Student Association Fakultas Hukum Unand sekaligus mantan Ketua Lembaga Advokasi Mahasiswa dan Pengkajian Kemasyarakatan (LAM&PK) mengatakan bahwa dulu penyebaran amak-amak diletakkan di lokasi yang berdekatan dan bertumpuk, di Gedung C paling banyak. Terjadi persaingan dalam jual beli makanan, maka digagas untuk disebar di titik tertentu. Melalui First San diketahui bahwa pernah terjadi kasus pencurian dagangan amak-amak dalam tenda kecil tersebut pada malam hari.
            Kisah pilu ketika amak-amak digusur membuat mereka semakin kompak. Mereka membentuk sebuah perkumpulan bernama Forum Pedagang Kecil Unand (FPKU) yang beranggotakan 36 orang. FPKU dimotori oleh LAM&PK, UKM PHP, Kaki Lima, dan LBH selaku kuasa hukum amak-amak. Mak Yur menjabat sebagai ketua. “Tujuan pembentukan FPKU adalah untuk mengkonsolidasikan pedagang Unand agar tergabung dalam satu wadah. Akan diadakan pertemuan rutin agar amak-amak bisa mandiri karena saat ini yang menjadi kendala adalah komunikasi antar amak-amak,” ujar First San.
FPKU mengadakan pertemuan sekali dalam sebulan di rumah Bundo kanduang di Kapalo Koto. “Banyak nan indak tibo, paliang duo puluah urang se nan tibo,” jawab Mak Yur ketika ditanya berapa jumlah anggota yang hadir setiap pertemuan. Perkumpulan ini tidak memungut uang kas, namun apabila ada anggota yang sakit maka mereka menyumbang Rp 1.000,00 per orang.
            Di sela-sela wawancara tampak beberapa mahasiswa mencandai Mak Yur. Rupanya Mak Yur terkenal akrab dan dekat dengan mahasiswa. Tak ayal tiap langkah kaki mahasiswa yang lewat menyapa beliau. Bahkan ada seorang mahasiswa laki-laki yang sampai menjewer-jewer manja telinga Mak Yur. Mak Yur menjajakan berbagai macam kebutuhan mahasiswa dari snack, gorengan, permen, roti, air mineral, es, rokok, dan kertas double folio.
            Setiap harinya, saat matahari baru menampakkan rupa sekitar pukul 07.00 WIB Mak Yur telah membuka lapak di kampus. Ia baru bersegera pulang ketika senja menjemput sekitar pukul 16.00 WIB. Biasanya dagangan makanan ringan Mak Yur selalu diborong mahasiswa sampai tak bersisa. “Lai habih, kadang balabiah agak sapuluah incek,” ujar beliau dengan bahasa Minang. Gorengan yang dijajakan Mak Yur dibuat oleh 2 orang anaknya yang masing-masing berusia 32 dan 28 tahun. Kedua anak Mak Yur tidak mempunyai pekerjaan tetap. Semoga tenda kecil untuk Mak Yur segera terealisasi.
*Febby Mellisa, Penulis merupakan mahasiswa Fakultas Hukum Unand angkatan 2009, menjabat sebagai Pemimpin Litbang Genta Andalas

Roy Suryo di Pekan IT



Teknologi informasi merupakan hal yang sangat penting di era modern ini. Sebagai rangkaian agenda tahunan, AgITC (Agricultural Information Technology Club) mengadakan Pekan IT. Acara ini bertajuk “IT For Everyone”. Dalam rangkaian agenda ini salah satunya adalah seminar nasional IT. Ketua Pelaksana Pekan IT, Yogi Fernandes, dalam kata sambutannya berkata “Seminar nasional IT adalah kali pertama yang diadakan oleh AgITC, mudah-mudahan bukan menjadi yang terakhir.” Wakil Dekan III Fakultas Pertanian, Dr. Ir.Aprisal, M.P, membuka acara ini pada pukul 10.15 WIB. “Pekan IT sebagai pembuka Dies Natalies Fakultas Pertanian pada 28 November 2012. IT sangat diperlukan sebagai perangkat dalam bidang pertanian. Dengan IT para investor akan cepat tau potensi-potensi dari suatu daerah,” ujar Aprisal.
Pemateri seminar nasional terdiri dari 3 orang yaitu pertama Roy Suryo, Pakar Telematika dan Anggota DPR, selain itu ada Buchari Bachtiar, Ketua HPMI Sumbar, terakhir ada Faradhika, CEO Tokotaki (toko online). Pemateri yang pertama tiba dan turut menghadiri acara pembukaan adalah Roy Suryo.
“IT bisa memecahkan masalah sekaligus membuka masalah,” ujar Roy Suryo. Beliau mencontohkan Angelina Sondak (Angie), rekannya di DPR. Saat ditanya hakim, Angie mengaku tidak punya Black Berry (BB), namun Roy Suryo menemukan foto Angie tahun 2009 dengan BB-nya. IT tidak bisa berbohong. Roy Suryo juga memaparkan mengenai Program Legislasi Nasional, salah satunya pembuatan RUU Tindak Pidana Teknologi Informasi. UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang ada sekarang belum dapat mengakomodir berbagai kasus yang terjadi, misalnya kasus Prita vs RS Omni International. Pemilik akun palsu seperti ‘sms mama’, ‘sms minta pulsa’, content provider ‘nakal’, dan sejenisnya akan bisa dikenakan jeratan hukum.
Tak hanya menjamah ranah hukum, Roy Suryo juga memaparkan beberapa gambar manipulasi gambar dan video. Misal foto setengah bugil Sandra Dewi, seorang artis, yang merupakan hasil editan dari pihak yang tak bertanggungjawab kemudian diedarkan di dunia maya. Mengenai manipulasi video, Roy Suryo memperlihatkan kepada peserta bagaimana proses shooting film Titanic bahwa Jack dan Rose tidak pernah berada di ujung kapal di tengah lautan di mana adegan tersebut menjadi ciri khas film Titanic. Tayangan video ini disambut gelak tawa peserta seminar.
Selain seminar nasional IT, rangkaian acara lainnya adalah Temu Komunitas IT, Lomba Poster, Workshop e-commerce, IT Goes To School, dan bazar. Acara ini ditutup pada tanggal 10 November 2012. Semoga sukses! FEBBY

Hipnoterapi dalam Seminar Nasional Kewirausahaan Bersama Abu Ziyad



Usai para pria muslim melaksanakan ibadah sholat Jumat, tepat pukul 14.00 WIB dimulailah Seminar Nasional Kewirausahaan dengan tema “ Rahasia Mewujudkan Bisnis yang Hebat” di Ruang Seminar PKM Lantai 1. Pematerinya adalah Abu Ziyad HSDS yang merupakan penulis buku best seller Master Spiritual dan seorang motivator nasional. Seminar ini dipersembahkan oleh Lembaga Pengkajian Islam (LPI) Fakultas Hukum Unand dan UPT Kewirausahaan Unand.
Acara ini tampak berbeda dengan seminar kewirausahaan lainnya. Materi yang dibawakan oleh pria 26 tahun ini diramu secara kocak namun religius. Peserta juga diajak berinteraksi dengan mempraktikkan hipnoterapi untuk berpikiran positif. Para peserta dituntun untuk menepuk-nepuk bagian tubuh dari kepala, pipi, dagu, pergelangan tangan, dan bawah ketiak sembari mengucapkan kata-kata motivasi berulang-ulang kali agar dapat dicerna dalam alam bawah sadar.
Sebelum memberikan materi kewirausahaan, Abu Ziyad terlebih dahulu membentuk mindset peserta. “Postur tubuh anda mempengaruhi pikiran anda,” ucap Abu Ziyad. Jika kita menunduk sambil membayangkan kisah sedih, pasti akan terbawa sedih. Namun apabila kita mengangkat kepala ke atas sambil membusungkan dada dan senyum, maka tak akan bisa menghayati kisah sedih.
Masuk ke materi kewirausahaan, Abu Ziyad mengatakan bahwa orang-orang yang berpikiran sempit akan berpikir jika semua orang menjadi pengusaha, lantas siapa yang menjadi karyawan? Orang Indonesia lebih ingin menjadi karyawan atas perusahaan Cina, Amerika, dan sebagainya. Dalam hidup ada takdir dan nasib. Jika diibaratkan terigu, maka terigu tersebut adalah takdir, apa yang kita perbuat terhadap terigu itu adalah nasib. Kerja keras dengan cara yang salah dapat dikalahkan oleh kerja santai dengan cara yang benar. Kemudian ia memaparkan ada 5 materi mind preneur yaitu meyakini tauhid bisnis, metoda mengolah mental block, metoda mengolah trance, metoda mengumpulkan aset, dan metoda aksi.
Lara Sakti Oetomo, Ketua LPI, mengatakan selama ini sudah banyak motivasi usaha dalam bentuk seminar, namun seminar kali ini tidak hanya dalam bentuk motivasi tapi bagaimana mengubahnya menjadi aksi. Peserta untuk seminar ini dipungut biaya Rp 20.000,00. Sehingga orang-orang datang bukan untuk mencari sertifikat semata. “Dengan niat yang positif maka hasilnya juga akan positif,” ujarnya.
Seminar ini merupakan bagian dari Gebyar Mahasiswa Hukum oleh LPI. Rangkaian acara lainnya adalah lomba debat, lomba membuat opini, lomba menghias kue, dan donor darah. (Febby)