Blue Fire Pointer AIRPLANE IN THE SKY: Agustus 2018

Minggu, 05 Agustus 2018

Jatuh Cinta pada Kopi


Es Kopi Susu di Kong Djie Coffee, Pangkal Pinang
Hai! Masih bersama Febby, gadis yang selalu memesan Green Tea di  “warung” kopi. Kopi, adalah kata yang diabaikan pada daftar menu. Tidak suka, demikian jawaban singkat ketika ditanya perihal mengapa. Seperti itu sampai Bangka merubah segalanya. 

Bagi saya, minuman manis lebih masuk akal dinikmati untuk melepas penat atau sekedar teman santap kudapan ringan. Robusta, arabika, satu paket dengan tanda tanya di akhirnya. Namun menjadi anomali di antara para pecinta kopi tak seru rupanya. Dengan penuh keraguan saya putuskan mengikuti mereka, “Es kopi susu empat!”  

Inilah rasanya minuman yang konon paling populer di dunia, pahit! Bagi yang tidak terbiasa seperti saya, kopi susu merupakan pilihan tepat untuk belajar. Dengan memaksimalkan fungsi indera penciuman dan pengecapan, dibantu imajinasi yang sudah mulai berfilosofi, ditambah lagi gerakan menarik nafas dalam dengan mata terpejam, akhirnya saya dapat menemukan kenikmatan minuman berkafein ini.

Sejak saat itu, kopi selalu membuat saya penasaran. Entah ini karena kenangan, kecanduan, atau perpaduan keduanya. Seperti rasa yang baru hadir, manis dan pahit yang mulai kau resapi.

Dari kopi...
Pelan-pelan, jatuh cinta.

Serba Serbi Wisata di Pulau Bangka

Serba Serbi Wisata di Pulau Bangka
Halo para penjelah nusantara, sudah pernah ke Pulau Bangka? Kalau belum, kamu patut menjadwalkannya. Di tulisan kali ini saya bakal kasih gambaran biaya dan destinasi wisata di Pulau Bangka buat kamu.

Transportasi Udara

Biaya tiket pesawat dari Padang (Sumatera Barat) ke Pangkal Pinang (Bangka) pulang pergi sekitar Rp2 juta (tergantung maskapai). Kamu dapat memilih lokasi transit di Batam atau Jakarta. Ingat ya, Gaes, pilihlah waktu transit yang tidak terlalu mepet (termasuk connecting flight sekalipun) agar kamu terhindar dari risiko ketinggalan pesawat karena kalau sampai ketinggalan, kamu baru bisa terbang esok harinya. Gak mau donk jadwal kamu berantakan gara-gara ketinggalan pesawat?

Tiba di Bandara Depati Amir, kamu akan melihat desain bandara ini mirip dengan Bandara Sultan Thaha di Jambi. Saya menyebutnya bandara kaca. Mungkin konsep bandara modern di Indonesia akan seperti ini, ada yang bisa bantu jawab? Berbicara soal Depati Amir, nama ini diambil dari salah satu pejuang heroik Pulau Bangka yang pada akhirnya diasingkan dan dimakamkan di Kupang. Sehingga beliau ini disebut  Prof.  Abdullah Bamualim sebagai simpul hubungan antar dua provinsi yang letaknya di belahan barat dan belahan timur Indonesia.

Penginapan

Setelah pintu keluar bandara, kamu bisa langsung memesan taksi di konter resmi. Biaya perjalanan dari bandara ke hotel Rp60 ribu dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Saya menginap di Swiss Belhotel Pangkal Pinang dengan biaya Rp610 ribu per malam. Hotel ini berlokasi strategis karena dekat dengan kawasan bisnis, makanan, dan hiburan. Kamu hanya perlu berjalan kaki untuk berbelanja di Puncak Mall atau menikmati kopi malam di Latrasee Bistro.

Destinasi Wisata

Sediakan waktu 2 hari untuk menikmati wisata di Pulau Bangka. Biaya sewa mobil Avanza+supir+bensin Rp500.000 seharian. Jangan lupa memakai sunblock agar terlindungi dari paparan sinar UV.

Pagoda Vihara Putri Tri Agung

Destinasi religi ini cukup unik karena berlokasi di kawasan perbukitan namun juga terletak di bibir Pantai Tikus Sungai Liat. Kemegahan pagoda dan keindahan pantai sekaligus bisa dinikmati secara gratis. Untuk toilet, kamu tidak perlu khawatir karena jumlahnya banyak, bersih, dan tidak bau. Waktu tempuh dari pusat kota ke lokasi ini sekitar 45 menit.

Pantai Tikus Emas
 
Tidak jauh dari Pagoda Vihara Putri Tri Agung, Pantai Tikus Emas menanti. Pantai ini pada Jumat siang seperti pantai pribadi karena sepi pengunjung. Gak perlu antre untuk bisa berfoto dengan pose melompat atau duduk manis tanpa ada orang lain melintas di sekitarmu. Seru kan! Namun jangan salah, pada hari libur, pantai ini ramai oleh penikmat deburan ombak dan pemburu senja.

Serasa Pantai Pribadi

Pantai Parai Tenggiri
 
Masih di Kecamatan Sungai Liat (sepertinya kecamatan ini memiliki garis pantai yang panjang), kamu bisa singgah ke pantai Parai Tenggiri. Pantai ini memiliki keunikan khas Bangka Belitung yang kita saksikan di Film Laskar Pelangi, yaitu batu-batu granit berukuran besar yang tercipta secara alami. Eksotis, bukan? Jadi pengen nyanyi Laskar Pelangi-nya Nidji kalau sudah sampai di sini. Walaupun anginnya cukup kencang dan sedikit mengganggu proses rekaman, tak ada yang bisa menggantikan riangnya hati saat bernyanyi bersama teman-teman sambil menanti semburat jingga mengakhiri sore. Di pantai ini terdapat tebing yang tidak terlalu tinggi yang bisa kamu manfaatkan sebagai lokasi pemotretan siluet berlatar matahari yang akan terbenam. Ah, kurang romantis apa coba?

Siluet di Penghujung Senja
Bebatuan Khas Bangka Belitung

Hutan Pelawan
 
Tak hanya dikenal dengan pantainya yang indah, Pulau Bangka juga menyuguhkan wisata hutan. Pernah mendengar tentang madu pelawan, jamur pelawan, dan pohon pelawan? Nah, kali ini kamu harus mengenal Hutan Pelawan yang berlokasi di Desa Namang, Kabupaten Bangka Tengah, dengan waktu tempuh sekitar 20 menit dari Pangkal Pinang. Di hutan ini terdapat banyak pohon pelawan yang batangnya berwarna merah. Selain itu juga terdapat madu dan jamur yang sudah banyak dijual di berbagai gerai oleh-oleh di Pulau Bangka.

Hutan Pelawan yang Menyimpang Pohon Berbatang Merah

Gurun Pelawan
 
Meskipun hanya berjarak 800 meter dari Hutan Pelawan, perjalanan ke Gurun Pelawan bisa memakan waktu sampai dengan 10 menit karena jalanannya yang belum rata dan masih beralaskan tanah liat. Cuaca panas dan menyengat tidak mengurangi keinginan untuk menapaki hamparan pasir nan luas. Destinasi wisata eks lokasi tambang timah ini menawarkan latar gundukan tanah bekas galian, yang justru terlihat menawan. Ada banyak spot foto mulai dari tulisan menarik, ayunan, sampai genangan air berwarna kehijauan.

Memandangi Gurun Pelawan yang Mempesona
Gundukan Tanah Raksasa

Kulong Biru
 
Beralih ke Desa Nibung, Kabupaten Bangka Selatan, terdapat fenomena unik dan langka dari Kulong Biru atau yang juga dikenal dengan sebutan Danau Kaolin. Lagi-lagi, pada akhirnya bekas galian timah -yang sudah bertahun-tahun ditinggalkan- mencipta keindahan. Satu pandangan menyapu danau dua warna sekaligus. Genangan air berwarna biru dan hijau dipisahkan oleh segaris gundukan tanah berwarna putih. Sekilas, gundukan ini terlihat seperti perbukitan salju.
 
Seputih Salju
Kulong Biru yang Biru
Kulong Biru yang Hijau

Bangka Botanical Garden
 
Bagi kamu yang belum berkesempatan secara waktu dan doku untuk mengunjungi Nami Island di Korea Selatan, Bangka Botanical Garden dapat menjadi pilihan. Deretan cemara berjejer rapi di sisi kiri dan kanan jalan. Area hijau seluas 300 hektar ini juga disebut sebagai destinasi wisata agrobisnis karena di sini kamu juga dapat belajar tentang usaha pertanian, peternakan, dan perikanan terpadu secara organik. 

Berjejer Rapi

Jembatan Emas
 
Jembatan Emas memiliki panjang 785 meter dengan lebar 23 meter. Jembatan yang membentang di atas aliran Sungai Pangkal Balam ini memiliki sistem buka tutup. Bagian tengah jembatan bisa terbelah dan menjungkit ke atas untuk memberikan kesempatan bagi kapal yang melintas. Nama jembatan ini diambil dari nama Gubernur Bangka Belitung periode 2007-2012 yaitu Eko Maulana Ali Suroso. Jadi bukan karena jembatannya terbuat dari emas, yah, Gaes! Dari atas jembatan, kamu dapat menikmati Pantai Air Nyinyir dengan jejeran pohon kelapa yang menyita perhatian.

Jembatan dengan Sentuhan Teknologi Modern

Sekian serba serbi wisata di Pulau Bangka, tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman bankum yang mewarnai perjalanan dan juga kepada fotografer boru Sihite. Mohon maaf tidak bisa menampilkan banyak foto untuk menjaga privasi teman-teman saya.

Buat kamu, selamat wisata di Pulau Bangka!!!