Blue Fire Pointer AIRPLANE IN THE SKY: Cerita Anak Rantau yang Kehilangan Ayah

Sabtu, 05 Agustus 2017

Cerita Anak Rantau yang Kehilangan Ayah


“Semoga anakku yang pemberani,
yang jauh merantau ke negeri-negeri igauan
menemukan jalan untuk pulang;
pun jika aku sudah lapuk dan karatan.
Tapi tubuh  sudah begitu jauh mengembara.
Kalaupun sekali datang hanya untuk menabung luka.
Dan ketika akhirnya pulang ia sudah mayat tinggal rangka.”
Joko Pinurbo

Pagi ini saya dibangunkan oleh kabar duka dari seorang teman, 22 tahun, yang baru saja kehilangan ayahnya.  Kemarin lusa ia sudah mendarat di kampung halamannya, sebuah kota di Jawa Timur, untuk melihat sang ayah yang sedang terbaring lemah. Menempuh 2 (dua) kali perjalanan dengan pesawat terbang ditambah jalan darat, ia mendampingi ayahnya di deru nafas terakhir, denyut nadi penutupan.

Lain cerita dengan teman saya yang satunya lagi, kala itu 24 tahun. Dengan pedih, jarak hanya mampu mempertemukannya dengan sekumpulan orang-orang yang sedang yasinan, karena ia tiba keesokan harinya setelah sang ayah dikebumikan. Kepada jenazah ayahnya yang tak pernah ia lihat, ia hanya bisa memanjatkan doa.

Anak rantau, kalian kuat! Negara memang tak membayar lebih untuk jarak. Tapi pengabdian kalian sudah sampai tahap memahami, bahwa rindu tak selalu bermuara kata pulang. Perjuangan kalian di sini, akan membuat sang ayah bangga di sana.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar