Blue Fire Pointer AIRPLANE IN THE SKY: Antara Nenek dan Organisasi

Selasa, 18 September 2012

Antara Nenek dan Organisasi



Malam tanggal 17 September 2012 adalah malam yang menentukan nasib rekan-rekan peserta Open Recruitment Genta Andalas. Mereka disebut dengan calon anggota (caang). Caang dipanggil satu persatu untuk mendengarkan pengumuman dari pengurus. Dari 27 orang yang mengikuti proses selama 7 bulan, 24 orang dinyatakan layak dilantik. Sedih melihat mereka menangis. Bagaimana bisa pergulatan tangguh selama 7 bulan dibayar dengan ucapan “Maaf, Genta bukan tempat kamu,” atau “ Kamu belum layak untuk mengikuti pelantikan,” atau bahkan “ Kalau kamu serius, daftar lagi tahun depan.”

Mereka telah melewati seleksi administrasi, tes wawancara dan tertulis, pembekalan, pra inisiasi, inisiasi, magang divisi, Genta Antara, penampilan BAKTI universitas, berbagai kegiatan yang diselenggarakan Genta, dsb. Tapi adik-adikku, percayalah kami mengambil keputusan ini dengan sejuta makna dibaliknya. Bisa jadi kalian akan menjadi pemimpin di organisasi lain. Atau berprestasi dalam hal akademik. Mungkin kami akan melihat kalian daftar lagi Februari 2013 dengan loyalitas. Yakinlah, kalian punya jalan dan kalian yang tentukan!

Banyak hal ku dapat. Aku mulai memahami berbagai karakter orang. Ada yang kemampuan biasa-biasa saja namun mau belajar. Ada yang sibuk karena punya lebih dari 1 organisasi namun memprioritaskan Genta. Ada yang pintar dan public speaking-nya bagus namun egoismenya tinggi. Ada juga yang rela dimarahi demi melindungi teman-temannya. Organisasi itu, bukan hanya butuh aktor tapi konseptor. Bukan orang yang siap tampil di depan umum, tapi juga bisa mempersiapkan berbagai kegiatan (di belakang layar). Kami butuh orang yang multitalent memang. Kami butuh orang yang loyal. Loyal itu adalah ketika kita harus mngambil sikap atas 2 atau lebih pilihan.

Pengumuman layak dan tidak layak dilantik ini membutuhkan waktu yang panjang karena sekaligus evaluasi diri peserta. Sehingga aku pulang jam 3 pagi. Teman-teman pergi ke percetakan Singgalang sedangkan aku lagnsung ke rumah. Jam 4 pagi aku sampai di rumah. Pintu rumah dikunci dan aku tidur di luar. Baru kali ini aku tidur di luar rumah dengan gigitan nyamuk dan udara dingin. Aku tak berani membangunkan orang rumah. Ketika adzan subuh berkumandang, nenek membukakan pintu. Raut senyum terlihat atas perilaku cucunya yang semena-mena ini.

Pagi yang cerah, nenek marah.  “Bukan malam ini saja nenek mengamati perilaku kamu. Kamu tiap hari pulang malam bahkan pulang pagi. Apa kata orang kalau anak perempuan pulang malam, pulang pagi!!! Rumah baru dibangun, nanti orang kira kita punya uang karena kamu ‘jualan’ di Taplau!!! Nenek di sini menjaga kamu. Kalau kamu begini nenek lapor aja ke mami papi!!!” Aku hanya terdiam dan menangis. “Kamu tinggalkan organisasi atau nenek yang tinggalkan kota Padang ini!!!,” ancam nenek.



Entahlah, aku cinta Genta. Aku sudah sering sakit karena Genta, bagaimana aku bisa meninggalkan Genta? Bahkan kalau punya anak aku berencana memberi nama GENTA!

Nek, aku gak akan pulang malam tiap hari lagi, aku akan belajar membagi waktu. Soal IP yang turun, akan segera kuperbaiki semampuku. Soal proposal yang belum ada judul, akan segera kumulai untuk menulis. Tapi, izinkan aku tetap menjadi bagian dari keluarga besar Genta Andalas...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar