Malam tanggal 17 September 2012 adalah malam yang menentukan
nasib rekan-rekan peserta Open Recruitment Genta Andalas. Mereka disebut dengan
calon anggota (caang). Caang dipanggil satu persatu untuk mendengarkan
pengumuman dari pengurus. Dari 27 orang yang mengikuti proses selama 7 bulan,
24 orang dinyatakan layak dilantik. Sedih melihat mereka menangis. Bagaimana
bisa pergulatan tangguh selama 7 bulan dibayar dengan ucapan “Maaf, Genta bukan
tempat kamu,” atau “ Kamu belum layak untuk mengikuti pelantikan,” atau bahkan
“ Kalau kamu serius, daftar lagi tahun depan.”
Mereka telah melewati seleksi administrasi, tes wawancara dan
tertulis, pembekalan, pra inisiasi, inisiasi, magang divisi, Genta Antara, penampilan BAKTI
universitas, berbagai kegiatan yang diselenggarakan Genta, dsb. Tapi
adik-adikku, percayalah kami mengambil keputusan ini dengan sejuta makna
dibaliknya. Bisa jadi kalian akan menjadi pemimpin di organisasi lain. Atau
berprestasi dalam hal akademik. Mungkin kami akan melihat kalian daftar lagi
Februari 2013 dengan loyalitas. Yakinlah, kalian punya jalan dan kalian yang
tentukan!
Banyak hal ku dapat. Aku mulai memahami berbagai karakter
orang. Ada yang kemampuan biasa-biasa saja namun mau belajar. Ada yang sibuk
karena punya lebih dari 1 organisasi namun memprioritaskan Genta. Ada yang
pintar dan public speaking-nya bagus
namun egoismenya tinggi. Ada juga yang rela dimarahi demi melindungi
teman-temannya. Organisasi itu, bukan hanya butuh aktor tapi konseptor. Bukan
orang yang siap tampil di depan umum, tapi juga bisa mempersiapkan berbagai
kegiatan (di belakang layar). Kami butuh orang yang multitalent memang. Kami butuh orang yang loyal. Loyal itu adalah
ketika kita harus mngambil sikap atas 2 atau lebih pilihan.
Pengumuman layak dan tidak layak dilantik ini membutuhkan
waktu yang panjang karena sekaligus evaluasi diri peserta. Sehingga aku pulang
jam 3 pagi. Teman-teman pergi ke percetakan Singgalang sedangkan aku lagnsung
ke rumah. Jam 4 pagi aku sampai di rumah. Pintu rumah dikunci dan aku tidur di
luar. Baru kali ini aku tidur di luar rumah dengan gigitan nyamuk dan udara
dingin. Aku tak berani membangunkan orang rumah. Ketika adzan subuh
berkumandang, nenek membukakan pintu. Raut senyum terlihat atas perilaku
cucunya yang semena-mena ini.
Pagi yang cerah, nenek marah.
“Bukan malam ini saja nenek
mengamati perilaku kamu. Kamu tiap hari pulang malam bahkan pulang pagi. Apa kata orang kalau anak perempuan pulang malam,
pulang pagi!!! Rumah baru dibangun, nanti orang kira kita punya uang karena
kamu ‘jualan’ di Taplau!!! Nenek di sini menjaga kamu. Kalau kamu begini nenek
lapor aja ke mami papi!!!” Aku hanya terdiam dan menangis. “Kamu tinggalkan organisasi atau nenek yang
tinggalkan kota Padang ini!!!,” ancam nenek.
Entahlah, aku cinta Genta. Aku sudah sering sakit karena Genta, bagaimana aku bisa meninggalkan Genta? Bahkan kalau punya anak aku berencana memberi nama GENTA!
Nek, aku gak akan pulang malam tiap hari lagi, aku akan
belajar membagi waktu. Soal IP yang turun, akan segera kuperbaiki semampuku.
Soal proposal yang belum ada judul, akan segera kumulai untuk menulis. Tapi,
izinkan aku tetap menjadi bagian dari keluarga besar Genta Andalas...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar