Blue Fire Pointer AIRPLANE IN THE SKY: Secercah Harapan Baru Bagi Penegakan Hukum

Sabtu, 21 April 2012

Secercah Harapan Baru Bagi Penegakan Hukum


Corgito ergo sum (aku berfikir maka aku ada). Adagium filsuf Yunani Kuno dari Descrates tersebut menjadi salah satu acuan hidup bagi Roman Delas Manurung. Cowok asli Tapanuli Selatan yang biasa dipanggil Roman ini baru saja mengharumkan almamater hijau di kancah nasional. Dalam ajang bergengsi, Lomba Debat Konstitusi Tingkat Nasional 2011, Roman berserta Naila Fauzanah Nasution dan Ari Wirya Dinata berhasil menyabet juara II.
            Roman yang merupakan Koordinator Divivsi Informasi dan Komunikasi Lembaga Advokasi Mahasiswa dan Pengkajian Kemasyarakatan (LAM&PK) ini mengatakan bahwa sejak kecil ia adalah tipikal anak yang tidak bisa menerima suatu pemberian, perintah, sistem, dan aturan begitu saja. Ia suka bertanya pada orang-orang yang dapat menginspirasinya. Percaya diri menjadi modal utama cowok kelahiran Bukit Tinggi, 5 April 1990 ini.
Suatu hari ada momentum ia dipanggil oleh Komisi Disiplin Fakultas Hukum Unand terkait aksi yang dilakukan aktivis LAM&PK. Ia yang diancam diancam akan dikenai sanksi malah berbalik bisa memukau perhatian sang dosen yang memuji caranya menjelaskan persoalan. Akhirnya dosen tersebut  merekomendasikan cowok yang hobi diskusi ini untuk mengikuti seleksi tim debat untuk Lomba Debat Konstutusi 2010 yang diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi.
Ia digembleng dengan materi-materi ilmu hukum, tata cara berbicara, hingga runtut argumentasi dan logika hukum yang sebaiknya digunakan dalam berargumentasi. “Sulit memang, karena dengan status mahasiswa angkatan pertama sudah harus menyaring materi ilmu hukum semester sesepuh. Tapi kehadiran senior-senior saya yang selalu membentengi saya dan memberi saya semangat sehingga saya menikmati proses tersebut, meski dihujani rasa putus asa dan minder,” ujarnya. Ketika hari penentuan pemilihan tim inti akan dimulai melaui seleksi ketat oleh para guru besar dan beberapa perwakilan dosen, ia mendapat musibah kemalingan tas beserta seluruh isinya termasuk laptop, handphone, dan kamera. Ujian berat ini cukup membuatnya menyerah dengan tidak mengikuti seleksi akhir. Ia mencoba ikhlas dan mendoakan senior-senior terpilih agar bisa memberikan yang terbaik bagi kampus ini. Namun Unand harus berlapang dada mengakui keunggulan universitas lain karena kalah di babak penyisihan di tingkat nasional.
“Ketika kita merencanakan sesuatu dengan matang bahkan ‘terobsesi’ untuk meraihnya, cenderung Tuhan berkata lain. Pada saat itu manusia sadar bahwa rencana Tuhanlah yang terbaik. Apa yang sudah kita persiapkan dengan matang hanyalah menjadi instrumen untuk menuju rencana Tuhan tersebut,” ujar Roman. Fakultas Hukum Unand kembali mengadakan ‘sayembara’ di tahun 2011 untuk mencari bibit-bibit baru. Roman mengikuti seleksi tersebut dengan motivasi bisa menjadi perwakilan tim debat dan menjadi bahagian dari ‘Tim Ninja’ (julukan Unand yang diberikan oleh Bapak Ilhamdi Taufik, dosen Fakultas Hukum Unand)  yang akan mencetak sejarah melawan arus ‘The Seven Samurai’ (julukan bagi 7 universitas terbaik yang menjadi momok dalam lomba debat konstitusi).
Banyak sekali proses mulai dari persipan sekecil-kecilnya seperti jadwal sarapan dan olahraga, sampai pada jadwal ‘melahap’ buku, berdebat, berdiskusi, dan sebagainya. Bahkan misscommunication antara tim dengan pembina mewarnai perjalanan persiapan debat. Siapa mengira bahwa mereka mengalami saat-saat depresi dan merasa berada pada titik nol ketika akan mulai bertanding pada tingkat regional I se-Sumatra. Namun semua strategi matang yang telah disusun pembina sekaligus senior-senior Fakultas Hukum Unand (Fery Amsari, Charles Simabura, Suharizal, Fahmi, Rekfy Saputra, Ilham Kurniawan, Dini Wahyuni, Zhauri, dan lain-lain tanpa disebutkan satu per satu) membangkitkan aura tim dengan slogan sakral Unand "Untuk kejayaan Universitas Andalas, Lambuik!" Bahkan strategi dalam menempatkan supporting team (Imah, Dudi, Fadli, dan Cecep) sebagai ‘tim pengintai’ yang menyusun siasat dan memberikan informasi gambaran tim lawan membuat tim Fakultas Hukum Unand paling diwaspadai oleh tim dari universitas lain.
 Pada babak final Lomba Debat Konstitusi Regional I mempertemukan Unand vs USU
setelah Unand memenangkan 4 pertandingan sebelumnya melawan Universitas Jambi, Universitas Bung Hatta, Universitas Lampung, dan Universitas Islam Riau. Dengan dukungan luar biasa dari segenap civitas akademika yang membanjiri ruangan peradilan semu (tempat penyelenggaraan) bahkan sampai keluar lokasi pertandingan sangat berperan membangkitkan rasa percaya diri tim. Dengan tema ‘Perluasan Kewenangan MK dalam Memutus Sengketa Pemilukada’, Unand sebagai tim kontra menang dengan skor 6-1.
Selama persiapan debat, Roman dan rekan-rekannya dikarantina di mess Unand. Hal itu membuat mereka jadi lebih mengenal satu sama lain. Ibarat mendapat keluarga baru, mereka saling berbagi cerita, tertawa, bahkan menangis. Pengorbanan waktu, tenaga, dan pikiran tak membuat mereka menyerah. Bagi Roman, prestasi yang mereka peroleh tak akan berarti apa-apa tanpa dukungan rekan-rekan dan dosen-dosen Fakultas Hukum Unand, semua adalah bagian dari kemenangan ‘Kampus Merah’ (julukan untuk Fakultas Hukum Unand).
Di tingkat nasional, terdapat 24 universitas perwakilan dari 6 regional se-Indonesia yang berhasil merebut ‘tiket’ masuk dan akan bersaing di gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta. Tim debat Fakultas Hukum Unand menjadi salah satu tim favorit sehingga di tempatkan di group H bersama Universitas Haluoleo dan Univeritas Sriwijaya) untuk babak penyisihan. Tim debat Fakultas Hukum Unand memenangkan semua pertandingan babak penyisihan sampai semi final.
Babak penyisihan yaitu Unand-kontra vs Universitas Haluoleo-pro: Koalisi dalam Sistem Presidensial, Unand-pro vs Universitas Sriwijaya-kontra: Pemilihan Gubernur oleh DPRD. Babak seperempat final yaitu Unand-pro vs Universitas Muhammadiyah Malang-kontra: Asas Tunggal Pancasila. Babak semi final yaitu Unand-kontra vs Universitas Padjajaran-pro: Progresivitas Putusan MK. Akhirnya pada babak final mempertemukan Unand-kontra vs UGM-pro: Hukuman Mati bagi Koruptor. Rasa tidak percaya, haru, dan bangga menyelimuti perasaan mereka.
Semangat dari dosen-dosen, alimni, dan rekan-rekan, membuat tenang dan bangga membawa almamater hijau ke depan panggung debat intelektual kaum terpelajar, kaum reformis, kaum generasi muda, mahsiswa-mahasiswa dari belahan daerah yang hadir pada saat itu di hadapan 9 dewan juri terpilih, para pengamat hukum, pakar hukum, dan dosen-dosen berbagai universitas, sampai pada mantan dan hakim Mahkamah Konstitusi. “Kami tumpahkan secercah harapan baru di tengah bobroknya kondisi hukum yang sedang tidur pada hari ini. Hukum yang sedang membungkuk diterpa angin korupsi, kolusi, dan nepotisme. Untuk menunjukan bahwa kita semua mahasiswa pada hari ini bersatu untuk bersiap menjadi calon pemimpin masa mendatang,” ujar Roman mantap. Tidak ada yang menang atau yang kalah dalam kompetensi ini. Yang ada hanyalah kejayaan untuk menebar benih-benih konstitusionalisme pada segenap bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. (Febby Melli

Tidak ada komentar:

Posting Komentar