Hai! Masih bersama Febby, gadis
yang selalu memesan Green Tea di “warung”
kopi. Kopi, adalah kata yang diabaikan pada daftar menu. Tidak suka, demikian
jawaban singkat ketika ditanya perihal mengapa. Seperti itu sampai Bangka
merubah segalanya.
Bagi saya, minuman manis lebih
masuk akal dinikmati untuk melepas penat atau sekedar teman santap kudapan
ringan. Robusta, arabika, satu paket dengan tanda tanya di akhirnya. Namun
menjadi anomali di antara para pecinta kopi tak seru rupanya. Dengan penuh
keraguan saya putuskan mengikuti mereka, “Es kopi susu empat!”
Inilah rasanya minuman yang konon
paling populer di dunia, pahit! Bagi yang tidak terbiasa seperti saya, kopi
susu merupakan pilihan tepat untuk belajar. Dengan memaksimalkan fungsi indera
penciuman dan pengecapan, dibantu imajinasi yang sudah mulai berfilosofi, ditambah
lagi gerakan menarik nafas dalam dengan mata terpejam, akhirnya saya dapat menemukan
kenikmatan minuman berkafein ini.
Sejak saat itu, kopi selalu
membuat saya penasaran. Entah ini karena kenangan, kecanduan, atau perpaduan
keduanya. Seperti rasa yang baru hadir, manis dan pahit yang mulai kau resapi.
Dari kopi...
Pelan-pelan, jatuh cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar