Seorang “Gadis” dengan rambut
sebahu, selalu menata poni lurus tepat dibawah alis. Rambut tebalnya selalu ia
pamerkan kepada terik mentari maupun sinar rembulan. Ketika hujan, helaian
rambutnya basah kuyup seperti habis keramas. Setelah memakai helm, rambutnya
melentik keluar bekas cetakan helm.
Suatu hari tanggal 5 Maret 2013,
ia kedatangan tamu, seseorang yang tak asing. Anes, ialah sahabatnya di kampus
yang sama-sama memiliki rambut sebahu. Sama-sama berencana untuk menyembunyikan
rambutnya dibalik hijab setelah menikah. Ada sesuatu yang berbeda dari penampilan Anes pagi
ini. Ada untaian kain dari atas kepalanya sampai ke dada. Ada apa gerangan?
Apakah si Anes ini habis takziah. Ternyata tidak! Tak ada angin tak ada hujan, Anes
bercerita bahwa hidup ini hanya sementara. Terlebih Anes dan si Gadis punya
hobi yang sama, ngebut di jalanan. Maka akhlak tak akan sempurna jika seorang
wanita masih menampakkan rambutnya.
Si Gadis tanpa berpikir panjang,
langsung mengajak Anes ke pasar untuk membeli sebuah hijab. Hijab berwarna
abu-abu keunguan menjadi pilihan. Seketika si Gadis mengamati wajahnya melalui
kaca spion motor dan mengamati wajah sahabatnya yang kini telah berhijab.
Sungguh tidak disangka Anes yang tomboy dan suka menggulung-gulung rambutnya
ala Korea telah membuka hati untuk berhijab.
Keesokan harinya tanggal 6 Maret
2013, dengan perasaan berkecamuk, si Gadis memberanikan diri untuk mengenakan
hijab tersebut ke kampus. Ia duduk di barak kampus. Beberapa teman wanita
memeluknya dan mengucapkan selamat. Sementara teman-teman pria hanya bisa
berteriak “Subhanallah! Alhamdulillah”. Khalayak ramai bersepakat bahwa si Gadis semakin cantik.
Namun dengan tampilan barunya
itu, si Gadis justru merasa aneh. Ia bahkan tidak berani berjalan sendirian di
lorong kampus, selalu minta ditemani dengan kepala yang terus menunduk. Ia merasa
sedang melakoni peran dalam sebuah drama. Ia merasa rindu untuk menjadi dirinya
yang semula.
Dengan rambutnya yang telah dibungkus,
si Gadis tak bisa lagi mengibas-ngibas rambutnya di depan umum ala iklan sampo
anti ketombe. Tidak ada lagi yang namanya belah tengah atau belah samping.
Tidak ada lagi yang namanya menggunting poni seperti Dora. Entahlah, si Gadis
merasa tingkat kemanisan wajahnya berkurang dan mulai pudar. Memang benar,
berhijab di waktu muda membuat sebagian kecantikan tersembunyi. Karena jika
wanita berhijab itu cantik, yang lebih memancar adalah aura kecantikan akhlak dan karakternya
dari dalam. Seperti badai yang telah berlalu, si Gadis perlahan merasakan perasaan
yang teramat damai bersama hijabnya. Semakin lama ia mulai bisa menegakkan
kepalanya, menikmati warna-warni di kepalanya.