Blue Fire Pointer AIRPLANE IN THE SKY: Si Gadis dan Hijabnya

Sabtu, 16 Mei 2015

Si Gadis dan Hijabnya


Seorang “Gadis” dengan rambut sebahu, selalu menata poni lurus tepat dibawah alis. Rambut tebalnya selalu ia pamerkan kepada terik mentari maupun sinar rembulan. Ketika hujan, helaian rambutnya basah kuyup seperti habis keramas. Setelah memakai helm, rambutnya melentik keluar bekas cetakan helm.

Suatu hari tanggal 5 Maret 2013, ia kedatangan tamu, seseorang yang tak asing. Anes, ialah sahabatnya di kampus yang sama-sama memiliki rambut sebahu. Sama-sama berencana untuk menyembunyikan rambutnya dibalik hijab setelah menikah. Ada sesuatu yang berbeda dari penampilan Anes pagi ini. Ada untaian kain dari atas kepalanya sampai ke dada. Ada apa gerangan? Apakah si Anes ini habis takziah. Ternyata tidak! Tak ada angin tak ada hujan, Anes bercerita bahwa hidup ini hanya sementara. Terlebih Anes dan si Gadis punya hobi yang sama, ngebut di jalanan. Maka akhlak tak akan sempurna jika seorang wanita masih menampakkan rambutnya.

Si Gadis tanpa berpikir panjang, langsung mengajak Anes ke pasar untuk membeli sebuah hijab. Hijab berwarna abu-abu keunguan menjadi pilihan. Seketika si Gadis mengamati wajahnya melalui kaca spion motor dan mengamati wajah sahabatnya yang kini telah berhijab. Sungguh tidak disangka Anes yang tomboy dan suka menggulung-gulung rambutnya ala Korea telah membuka hati untuk berhijab.

Keesokan harinya tanggal 6 Maret 2013, dengan perasaan berkecamuk, si Gadis memberanikan diri untuk mengenakan hijab tersebut ke kampus. Ia duduk di barak kampus. Beberapa teman wanita memeluknya dan mengucapkan selamat. Sementara teman-teman pria hanya bisa berteriak “Subhanallah! Alhamdulillah”. Khalayak ramai bersepakat bahwa si Gadis semakin cantik.

Namun dengan tampilan barunya itu, si Gadis justru merasa aneh. Ia bahkan tidak berani berjalan sendirian di lorong kampus, selalu minta ditemani dengan kepala yang terus menunduk. Ia merasa sedang melakoni peran dalam sebuah drama. Ia merasa rindu untuk menjadi dirinya yang semula.

Dengan rambutnya yang telah dibungkus, si Gadis tak bisa lagi mengibas-ngibas rambutnya di depan umum ala iklan sampo anti ketombe. Tidak ada lagi yang namanya belah tengah atau belah samping. Tidak ada lagi yang namanya menggunting poni seperti Dora. Entahlah, si Gadis merasa tingkat kemanisan wajahnya berkurang dan mulai pudar. Memang benar, berhijab di waktu muda membuat sebagian kecantikan tersembunyi. Karena jika wanita berhijab itu cantik, yang lebih memancar adalah aura kecantikan akhlak dan karakternya dari dalam. Seperti badai yang telah berlalu, si Gadis perlahan merasakan perasaan yang teramat damai bersama hijabnya. Semakin lama ia mulai bisa menegakkan kepalanya, menikmati warna-warni di kepalanya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar