Hampir sebulan kami mengabdi di rumah baru kami,
Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Malam yang hening, tiba-tiba kesunyian pecah
karena telepon dari kak Eghy membuatku terkejut. Seketika aku mengirim pesan
line ke Jessica.
“Bawa
baju putih dan celana dasar hitam 1 pasang, baju tidur 1, dan baju kemeja biasa
1. Besok kita ke Jakarta!”
Jessica yang tengah tertidur lelap pun
meneleponku lewat line (nyari gratisan).
“Bik,
apa maksud line kamu?” tanya Jessica bingung.
“Buka
SIKKA, ada pengumuman mendadak kita lusa jam 7.30 pagi udah ada di Dhanapala.”
“Hah,
kok gituuuu siiihhhhhh?????”
Demikianlah, sebuah pengumuman penting
diberitahukan mendadak. Kami harus siap ibarat prajurit siap tempur kapanpun,
asik! Melalui situs SIKKA yang hanya bisa dibuka oleh pegawai DJP, kami
mendapat undangan mengikuti Induction
Programme Pegawai Baru Kementerian Keuangan yang akan dilaksanakan pada
tanggal 12 Februari 2014. Kami panik masalah tiket pesawat yang dipesan dadakan
pasti mahal, belum lagi masalah penginapan. Apalagi uang tunggu bulanan kami belum
keluar, alamak! Berbekal lembaran kertas pengumuman yang kami print, kami menghadap ke Pak Mujtahid
selaku kasi kepegawaian di Kanwil DJP Sumbar dan Jambi. Kami pun disuruh
menghadap ke Pak Zaeni, Kabid Umum, untuk membicarakan masalah biaya. Walhasil kami
diberi kemudahan, kami diberi uang saku sementara. Tiket pesawat bahkan
dipesankan oleh kantor. Sebelum Zuhur, kami berpamitan kepada pegawai-pegawai.
Nasihat pak Rendi, kakanwil pun mengantar
kepergian kami.
“Pak
supir tolong antar mereka ke bandara! Kalian hati-hati di sana ya. Nanti
menginap di Hotel Oasis. Salam buat orang tua y,” ujar beliau.
Pukul 15.00 aku dan Nova memulai perjalanan ke
bandara diantar supir kantor. Sedang kak Eghy diantar suaminya (duuhh so
sweet). Setiba di bandara, kami makan di CFC tanpa Jessica karena wanita
berwajah oriental ini belum tiba juga di bandara.
Pukul 17.45 Sriwijaya memboyong kami menghempaskan
sayap dan tiba di Jakarta pukul 19.30. Kami pun segera menuju AW dan makan
lagiii. Teman-teman dari Kantor Pelayanan Pajak di Sumatera Barat, Jambi, Riau,
Kepri beberapa menanyakan akan menginap di mana. Satu suara sepakat kami
menginap di Hotel N2, separuh harga dari Hotel Oasis. Dari Bandara kami menaiki
Damri sampai ke Stasiun Gambir, dari Stasiun Gambir kami menaiki taxi.
Esok harinya setelah sarapan di hotel kami
bergegas jalan kaki menuju Gedung Dhanapala dengan durasi perjalanan 10 menit.
Nah di sanalah untuk pertama kalinya kami bertemu Pak Chatib Basri, Menteri
Keuangan. Beliau menyampaikan bahwa pada rekrutmen
tahun 2013, dari 121.922 pelamar, hanya 1476 peserta yang berkesempatan menjadi
CPNS Kementerian Keuangan. Aku pun bertemu dengan pegawai baru Kementerian
Keuangan se-Indonesia, juga dengan Cici, kawan sekelasku waktu kuliah yang
lulus di Inspektorat Jenderal. Cipika cipiki mengawali pertemuan kami, hehehe. Usai
acara, kami yang dari daerah-daerah dari Sabang sampai Merauke mengumpulkan
SPPD dan Surat Tugas untuk ditandatangani panitia. Surat ini sebagai dasar kami
mendapatkan uang perjalanan dinas.
Tanggal 13 Februari
pukul 11.30 aku, Jessica, kak Eghy, dan Nova pulang menaiki pesawat Garuda dan
bertemu Puteri Indonesia, Wulandari Herman. Waaaahh padahal pengen foto bareng
nih. Tapi niat tanpa pelaksanaan hanya berujung dengan menatap sang Puteri yang
notabene duduk di depan kak Eghy. Sesampainya di Bandara Internasional
Minangkabau kami dijemput oleh Pak Ir, sang supir.
Daann kami kembali ke
kantor.
“Gimana Induction Programme nya?” Tanya Pak Kakanwil
yang kemudian kami jawab masing-masing. Nova menjawab tentang tantangan yang
akan dihadapi generasi muda Kemenkeu ke depannya. Aku menjelaskan tentang
perubahan kiblat perekonomian dari AS ke
arah Asia 30 tahun ke depan. Jessica menjawab dalam bahasa Inggris tentang apa
itu induction programme serta dalam
bahasa Indonesia tentang transformasi kelembagaan. Di penutup kak Eghy
menjelaskan tentang pendapatan domestik bruto.
“Kalian menginap di mana?,” tanya Pak Kakanwil
lagi.
“Di Hotel N2, Pak,” jawab kami polos.
“Lhoo kalian dikasih yang mahal malah pilih yang
lebih murah,” bingung Pak Kakanwil.
Sekitar
seminggu kemudian, aku, Jessica, dan kak Eghy teringat ceramah di waktu Ashar
kemarin. “Barang siapa Sholat Duha 6 rakaat, maka dicukupkan rezekinya sampai
sore hari.” Tak elak kami pun mendirikan sunnah 6 rakaat tersebut. Tak menyangka,
setelah sholat kami dipanggil Bu Letti untuk menerima uang perjalanan dinas.
Uang tersebut tak hanya cukup sampai sore hari, melainkan 1 bulan! Subhanallah berkah
Sholat Dhuha pagi ini. Sekian cerita kami J