Edisi:
Terima Kasih Yesa
“Febby, Pelatih!”
Suara yang tidak asing lagi, wakil senat Prajabatan
menjawab lantang ketika Pelatih menanyakan siapa yang akan menjadi protokol upacara.
“Hah? Enggak, enggak, enggak! Aku gak pernah jadi protokol
upacara seumur hidup!” teriakku dengan mimik keraguan.
“Dicoba dulu, aku yakin kamu bisa!” ujar wakil senat
pemilik nama Yesa Dwi Christanto.
“(melongo panjang, dalam)” bisu aku.
“Kamu bisa! Kamu pasti bisa!” mantap Yesa.
---
“Upacara
Tradisi” ucapku dengan suara bulat. Dalam batin bergumam, ini benar suara saya?
Seakan-akan saya harus berkenalan dengan hasil kerja otot-otot laring ini.
“Komandan Upacara memasuki lapangan upacara,” makin
yakin.
“Inspektur Upacara tiba di tempat upacara,” sambil
celingak-celinguk merhatiin ajudan memberi laporan.
(Skip.. Skip..)
Nyala obor mengelilingi peserta upacara. Redupnya
malam menambah khusuk upacara tradisi. Di depan bendera merah putih, satu
persatu calon abdi negara berikrar janji menjaga kehormatan dan martabat Kementerian
Keuangan.
---
Usai upacara, entah mengapa, perasaan saya girang
sekali. Lebih bahagia dari pada warna kulit yang kembali cerah pasca “dijemur”
sama Pelatih. Lebih bahagia dari pada sukses menggambar alis secara simetris.
Lebih bahagia dari pada membeli sepatu baru yang hak nya model clogs (ini
favorit saya banget banget banget). Lebih bahagia dari… hmmm… Yang jelasnya
saya sangat berterima kasih pada manajer saya yang baru, Yesa Dwi Christanto
(meskipun terpaut usia 5 tahun, boleh donk manggil nama, hehe). Kata Yesa,
potensi harus digali, dan saya selalu ingat dengan petuah pengaman penerimaan
cukai ini. Kira-kira 1 (satu) tahun yang lalu, saya kembali bertemu dengan
pemilik suara bazz ini di Bandara Juanda. Kami saling bertukar cerita. Dari
sanalah saya tahu kalau ia sudah berencana untuk menikahi pujaan hatinya.
Sukses selalu, Kapten!!!
Semangat febby, kamu bisa
BalasHapusYeeayy 💪💪💪
Hapus