Sejak Juli 2018, Tarif Pajak UMKM Menjadi 0,5% |
Rabu, 22 Agustus 2018
Minggu, 05 Agustus 2018
Jatuh Cinta pada Kopi
Hai! Masih bersama Febby, gadis
yang selalu memesan Green Tea di “warung”
kopi. Kopi, adalah kata yang diabaikan pada daftar menu. Tidak suka, demikian
jawaban singkat ketika ditanya perihal mengapa. Seperti itu sampai Bangka
merubah segalanya.
Bagi saya, minuman manis lebih
masuk akal dinikmati untuk melepas penat atau sekedar teman santap kudapan
ringan. Robusta, arabika, satu paket dengan tanda tanya di akhirnya. Namun
menjadi anomali di antara para pecinta kopi tak seru rupanya. Dengan penuh
keraguan saya putuskan mengikuti mereka, “Es kopi susu empat!”
Inilah rasanya minuman yang konon
paling populer di dunia, pahit! Bagi yang tidak terbiasa seperti saya, kopi
susu merupakan pilihan tepat untuk belajar. Dengan memaksimalkan fungsi indera
penciuman dan pengecapan, dibantu imajinasi yang sudah mulai berfilosofi, ditambah
lagi gerakan menarik nafas dalam dengan mata terpejam, akhirnya saya dapat menemukan
kenikmatan minuman berkafein ini.
Sejak saat itu, kopi selalu
membuat saya penasaran. Entah ini karena kenangan, kecanduan, atau perpaduan
keduanya. Seperti rasa yang baru hadir, manis dan pahit yang mulai kau resapi.
Dari kopi...
Pelan-pelan, jatuh cinta.
Serba Serbi Wisata di Pulau Bangka
Serba Serbi Wisata di Pulau Bangka |
Halo para
penjelah nusantara, sudah pernah ke Pulau Bangka? Kalau belum, kamu patut
menjadwalkannya. Di tulisan kali ini saya bakal kasih gambaran biaya dan
destinasi wisata di Pulau Bangka buat kamu.
Transportasi Udara
Biaya
tiket pesawat dari Padang (Sumatera Barat) ke Pangkal Pinang (Bangka) pulang
pergi sekitar Rp2 juta (tergantung maskapai). Kamu dapat memilih lokasi transit
di Batam atau Jakarta. Ingat ya, Gaes,
pilihlah waktu transit yang tidak terlalu mepet (termasuk connecting flight sekalipun) agar kamu terhindar dari risiko
ketinggalan pesawat karena kalau sampai ketinggalan, kamu baru bisa terbang
esok harinya. Gak mau donk jadwal kamu berantakan gara-gara
ketinggalan pesawat?
Tiba di
Bandara Depati Amir, kamu akan melihat desain bandara ini mirip dengan Bandara
Sultan Thaha di Jambi. Saya menyebutnya bandara kaca. Mungkin konsep bandara
modern di Indonesia akan seperti ini, ada yang bisa bantu jawab? Berbicara soal
Depati Amir, nama ini diambil dari salah satu pejuang heroik Pulau Bangka yang
pada akhirnya diasingkan dan dimakamkan di Kupang.
Sehingga beliau ini disebut Prof. Abdullah Bamualim sebagai simpul hubungan
antar dua provinsi yang letaknya di belahan barat dan belahan timur Indonesia.
Penginapan
Setelah pintu
keluar bandara, kamu bisa langsung memesan taksi di konter
resmi. Biaya perjalanan dari bandara ke hotel Rp60 ribu dengan waktu tempuh
sekitar 15 menit. Saya menginap di Swiss Belhotel Pangkal Pinang dengan biaya
Rp610 ribu per malam. Hotel ini berlokasi
strategis karena dekat dengan kawasan bisnis, makanan, dan hiburan. Kamu hanya
perlu berjalan kaki untuk berbelanja di Puncak Mall atau menikmati kopi malam
di Latrasee Bistro.
Destinasi Wisata
Sediakan
waktu 2 hari untuk menikmati wisata di Pulau Bangka. Biaya sewa mobil Avanza+supir+bensin
Rp500.000 seharian. Jangan lupa memakai sunblock
agar terlindungi dari paparan sinar UV.
Destinasi
religi ini cukup unik karena berlokasi di kawasan perbukitan namun juga
terletak di bibir Pantai Tikus Sungai Liat. Kemegahan pagoda dan keindahan
pantai sekaligus bisa dinikmati secara gratis. Untuk toilet, kamu tidak perlu
khawatir karena jumlahnya banyak, bersih, dan tidak bau. Waktu tempuh dari
pusat kota ke lokasi ini sekitar 45 menit.
Tidak jauh
dari Pagoda Vihara Putri Tri Agung, Pantai Tikus Emas menanti. Pantai ini pada
Jumat siang seperti pantai pribadi karena sepi pengunjung. Gak perlu antre untuk bisa berfoto dengan pose melompat atau duduk
manis tanpa ada orang lain melintas di sekitarmu. Seru kan! Namun jangan salah,
pada hari libur, pantai ini ramai oleh penikmat deburan ombak dan pemburu
senja.
Serasa Pantai Pribadi |
Masih di
Kecamatan Sungai Liat (sepertinya kecamatan ini memiliki garis pantai yang
panjang), kamu bisa singgah ke pantai Parai Tenggiri. Pantai ini memiliki
keunikan khas Bangka Belitung yang kita saksikan di Film Laskar Pelangi, yaitu
batu-batu granit berukuran besar yang tercipta secara alami. Eksotis, bukan? Jadi pengen nyanyi Laskar
Pelangi-nya Nidji kalau sudah sampai di sini. Walaupun anginnya cukup kencang
dan sedikit mengganggu proses rekaman, tak ada yang bisa menggantikan riangnya
hati saat bernyanyi bersama teman-teman sambil menanti semburat jingga
mengakhiri sore. Di pantai ini terdapat tebing yang tidak terlalu tinggi yang
bisa kamu manfaatkan sebagai lokasi pemotretan siluet berlatar matahari yang
akan terbenam. Ah, kurang romantis apa
coba?
Siluet di Penghujung Senja |
Bebatuan Khas Bangka Belitung |
Tak hanya
dikenal dengan pantainya yang indah, Pulau Bangka juga menyuguhkan wisata
hutan. Pernah mendengar tentang madu pelawan, jamur pelawan, dan pohon pelawan?
Nah, kali ini kamu harus mengenal Hutan Pelawan yang berlokasi di Desa Namang,
Kabupaten Bangka Tengah, dengan waktu tempuh sekitar 20 menit dari Pangkal
Pinang. Di hutan ini terdapat banyak pohon pelawan yang batangnya berwarna
merah. Selain itu juga terdapat madu dan jamur yang sudah banyak dijual di
berbagai gerai oleh-oleh di Pulau Bangka.
Hutan Pelawan yang Menyimpang Pohon Berbatang Merah |
Meskipun
hanya berjarak 800 meter dari Hutan Pelawan, perjalanan ke Gurun Pelawan bisa
memakan waktu sampai dengan 10 menit karena jalanannya yang belum rata dan
masih beralaskan tanah liat. Cuaca panas dan menyengat tidak mengurangi
keinginan untuk menapaki hamparan pasir nan luas. Destinasi wisata eks lokasi
tambang timah ini menawarkan latar gundukan tanah bekas galian, yang justru
terlihat menawan. Ada banyak spot foto mulai dari tulisan menarik, ayunan,
sampai genangan air berwarna kehijauan.
Memandangi Gurun Pelawan yang Mempesona |
Gundukan Tanah Raksasa |
Beralih ke
Desa Nibung, Kabupaten Bangka Selatan, terdapat fenomena unik dan langka dari
Kulong Biru atau yang juga dikenal dengan sebutan Danau Kaolin. Lagi-lagi, pada
akhirnya bekas galian timah -yang sudah bertahun-tahun ditinggalkan- mencipta
keindahan. Satu pandangan menyapu danau dua warna sekaligus. Genangan air
berwarna biru dan hijau dipisahkan oleh segaris gundukan tanah berwarna putih.
Sekilas, gundukan ini terlihat seperti perbukitan salju.
Kulong Biru yang Biru |
Kulong Biru yang Hijau |
Bagi kamu
yang belum berkesempatan secara waktu dan doku
untuk mengunjungi Nami Island di Korea Selatan, Bangka Botanical Garden dapat
menjadi pilihan. Deretan cemara berjejer rapi di sisi kiri dan kanan jalan.
Area hijau seluas 300 hektar ini juga disebut sebagai destinasi wisata
agrobisnis karena di sini kamu juga dapat belajar tentang usaha pertanian,
peternakan, dan perikanan terpadu secara organik.
Berjejer Rapi |
Jembatan
Emas memiliki panjang 785 meter dengan lebar 23 meter. Jembatan yang membentang
di atas aliran Sungai Pangkal Balam ini memiliki sistem buka tutup. Bagian
tengah jembatan bisa terbelah dan menjungkit ke atas untuk memberikan
kesempatan bagi kapal yang melintas. Nama jembatan ini
diambil dari nama Gubernur Bangka Belitung periode 2007-2012 yaitu Eko Maulana
Ali Suroso. Jadi bukan karena jembatannya terbuat dari emas, yah, Gaes! Dari atas jembatan, kamu dapat
menikmati Pantai Air Nyinyir dengan jejeran pohon kelapa yang menyita
perhatian.
Jembatan dengan Sentuhan Teknologi Modern |
Sekian serba
serbi wisata di Pulau Bangka, tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada
teman-teman bankum yang mewarnai perjalanan dan juga kepada fotografer boru Sihite. Mohon maaf tidak bisa menampilkan banyak foto untuk menjaga privasi teman-teman saya.
Buat kamu, selamat wisata di Pulau Bangka!!!
Langganan:
Postingan (Atom)