Blue Fire Pointer AIRPLANE IN THE SKY: Ketika Aku di Sampingmu

Senin, 10 Agustus 2015

Ketika Aku di Sampingmu



http://www.mahdiyyah.com

Ketika setiap ruas jemari kita bertaut dan kulit pembungkus metacarpal saling menindih. Terlalu lama, sampai keringat menyeruak dari penyatuan 2 tangan tersebut. Perlahan -kepalaku yang mulai tidak bisa tegak- kau kau arahkan ke bagian tubuhmu yang konon katanya paling kuat menopang beban. Detak jantungmu memang tak terdengar dari sini, tetapi aku paham degupan hebat sedang terjadi di sana.
Diam-diam aku memandangi wajahmu dari jarak yang teramat dekat. Meskipun tidak terlalu jelas karena atap mobil ini menyamarkan jutaan cahaya bintang. Sesekali sorot lampu di jalan membantuku menebak raut wajahmu. Tuhan yang maha membolak-balikkan hati, jika Engkau takdirkan hidupku untuknya, hidupnya untukku, pertemukanlah jalannya. Jika sekiranya 2 jiwa ini tercipta bukan untuk dipersatukan, bantulah Hamba untuk mengikhlaskannya. Tentunya Engkau tahu Tuhan, namanya adalah harapan yang selalu aku panjatkan di pucuk-pucuk doa.
Sekejap saja, perjalanan kita telah berhenti di suatu terminal. Dengan berat hati tangan yang saling menggenggam pada akhirnya saling melepaskan. Meskipun bahumu masih kuat, tetapi kepalaku harus tegak. Tak perlu kerjasama laring dengan pita suara. Kita sama-sama tahu aksara apa yang ingin kita tuliskan, rangkaian puisi apa yang hendak kita bacakan. (Febby Mellisa)

2 komentar:

  1. karena cinta adalah anugerah Tuhan, maka tak ada yang perlu disesali disini. biarkan lah jodoh yang menemukan jalannya pulang. Ini adalah bagian dari skenario hidupmu yang telah terukir di buku harian duniamu..maka nikmatilah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalaulah gugatan itu diajukan kepada Tuhan, hanya jawaban Kunfayakun :)

      Hapus