Blue Fire Pointer AIRPLANE IN THE SKY: Dear, Pak Hakim

Sabtu, 25 November 2017

Dear, Pak Hakim

"Mengapa tidak jadi petani saja? Saya memohon engkau berhenti. Pagar rumah ini sudah tidak aman. Kita bisa lenyap kapan saja." (Saya)

"Pernah sebuah senapan diacungkan ke hadapan saya. Namun jari telunjuk tak memicu pelatuk. Mengurungkan niat dia. Tenanglah, karena kematian rahasia Tuhan." (Papi)

Belasan tahun silam, saya hanyalah seorang anak kecil yang ketakutan. Bersembunyi di balik punggung ayahnya. Polisi berjaga di sekitar rumah. Massa itu tak jadi datang.

Dear, Pak Hakim. Hari ini menjadi ritual untuk mengenang nasihat-nasihat mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar