Fiuh, akhirnya saya lega juga setelah
tau penempatan magang di Kanwil DJP Sumbar dan Jambi yang berlokasi di Padang.
Artinya, kembali ke kampung halaman J Kasihan beberapa teman lain yang
ditempatkan di beberapa kabupaten yang jauh dari Padang. Tapi inilah
konsekuensi calon abdi negara yang siap ditempatkan di manapun juga. Semangat
DJP 2013!
Di kantor ini saya dipertemukan
dengan Jessica Winda Prima (Jessica) dari Akuntansi Unand 2009, kak Eka
Maharani Agusti (Eghy) dari Hukum Unand 2003, dan Nova Sari Yudistia (Nova)
dari Sistem Informatika UPI 2009. Pertemuan yang unik dikarenakan kecocokan
kami. Saya dan Jessica bertubuh lebih tinggi dari pada kak Eghy dan Nova. Saya dan kak Eghy memakai jilbab sedangkan Jessica dan Nova tidak
memakai jilbab. Saya dan kak Eghy setiap makan siang selalu memesan teh es
manis sedangkan Jessica dan Nova lebih menyukai air putih.
Kami memiliki latar dan kemampuan
yang beragam. Pertama, Jessica, ia adalah penerima beasiswa Djarum dan pernah
mengikuti simulasi sidang PBB di Harvad, waw! Ia pernah “menghilang” dari
Padang selama 6 bulan untuk berkeliling dunia ke Vietnam, Swiss, Perancis, dll.
Jessica juga pernah dinobatkan sebagai Uni Sawah Lunto. Kedua, kak Eghy, wanita
bertubuh kecil dan awet muda ini ternyata berumur 27 tahun dan sudah mempunyai
seorang anak balita. Ia sempat bekerja di BPS sebelumnya. Pada tahun 2010 ia
pernah melamar di Kementerian Keuangan namun gagal di wawancara akhir. Hal itu
tidak membuatnya menyerah dan mencoba lagi tahun 2013. Doanya dijabah. Seorang
ibu yang hebat! Ketiga Nova, ia merupakan lulusan terbaik di kampusnya dan
sudah beberapa kali ke Malaysia sebagai hadiah dari kampus atas prestasinya
itu. Keren! Sembari kuliah, ia aktif mengajar les matematika dan fisika. Banyak
hal yang menginspirasi dari diri mereka keluarga baru saya di DJP, namun tak
bisa saya ceritakan di sini.
Hari pertama orientasi, aku dan
Jessica memakai baju putih dan celana hitam. Rupanya di DJP tidak ada perbedaan
pakaian antara anak magang dengan pegawainya. Hari Rabu memakai baju seragam
DJP yaitu baju biru laut dan celana dongker. Kami pun diperkenalkan dengan
seluruh pegawai DJP di kantor ini. Pak Muj lah orang pertama yang kami kenal di
sini karena beliau yang mengonsep masa orientasi. Awalnya kami lebih banyak
duduk, sesekali mengetik Daftar Penilaian PNS DJP oleh pegawai yang meminta
tolong. Saya cukup merasa bosan dan mengantuk.
DJP itu jauh dari apa yang saya
bayangkan (kepikiran Gayus mulu). Ternyata serba disiplin dan semua jadwal
tertata rapi. Masuk pukul 07.30 jika terlambat akan dikenakan sanksi potong
gaji. Pulang pukul 17.00 tapi sangat jarang pegawai pulang tepat pukul 17.00.
kenanyakan pulang hampir magrib bahkan malam. Kami lah anak magang yang pulang
paling cepat.
Hari kedua orientasi, mulai terasa
semangat karena kami mendapat nasihat dari kabag umum bahwa kami adalah
orang-orang yang beruntung. Beliau selalu menekankan untuk mengambil S2 ke luar
negeri. Ternyata banyak sekali beasiswa untuk PNS DJP ke UI, UGM, maupun
universitas di Jepang, Kanada, Perancis, Malaysia, Australia, Korea Selatan,
dll. Saya dengan bahasa Inggris pas-pasan pun makin semangat mengingat
kelulusan saya tes S2 UI yang tidak jadi saya ambil :-(
Di hari kedua, kami diperkenalkan
dengan SIKKA semacam portal yang memuat seluruh informasi baik CV, cuti, penilaian,
pelanggaran yang telah kita lakukan, pegawai yang ultah, kegiatan, info
beasiswa, info diklat, dsb. Canggih sekali DJP ini bahkan di kantor DJP dengan
intranet kita bisa belajar pajak gratis. Bejibun informasi perpajakan beserta
update aturan terbaru ada di sana. FYI, aturan perpajakan di bawah
undang-undang cepat sekali berubah dan aturan itu sebenarnya saling tabrak dan kadang
bertentangan dengan UU menurut kepala kasi bantuan hukum di sini. Namun tetap
dijalankan karena akan lama kalau menunggu revisi UU Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan. Aturan tersebut berbentuk Peraturan Pemerintah, Peraturan
Menteri Keuangan, Peraturan Dirjen Pajak, dll.
Di hari ketiga, kami di masukkan ke
dalam kelas, seperti kuliah, ada pengajarnya. Kami diberi materi tentang
organisasi di Kementerian Keuangan oleh Pak Verizal. Beliau berpesan “Jangan
sampai anda tidak mengenal siapa diri anda di sini.” Ya, saya memang sempat
kehilangan jati diri begitu diterima di DJP. Bukan karena tak bersyukur. Tapi 4
tahun selama kuliah saya bermimpi menjadi hakim. Namun pendaratan saya di DJP
membuat saya tidak menyesali nasib saya sekarang, Tak apa tak menjadi hakim,
yang penting nilai-nilai kejujuran dan profesionalitas tetap di dada. Awalnya
terasa hampa, namun makin ke sini saya semakin tahu mengapa saya berada di
sini. Inilah jalan Tuhan.