Sebagai
bagian dari soft diplomasi pemerintah
Indonesia, Kementerian Pendidikan dengan Kementerian Luar Negeri bekerjasama membangun
program Beasiswa Dharmasiswa. Sebanyak 750 mahasiswa asing dari 73 negara
menerima beasiswa tersebut untuk mempelajari bidang seni tari tradisional, seni
kriya, seni musik tradisional, dan bahasa Indonesia atau bahasa daerah di
berbagai universitas di Indonesia.
Dalam program
ini setiap mahasiswa asing dijamin dengan biaya hidup dan biaya pendidikan
selama berada di Indonesia. Mereka akan menerima beasiswa sebesar Rp 2,5 juta
per bulan. Pemerintah juga memberikan subsidi biaya kuliah kepada perguruan
tinggi tempat mereka belajar. Selain itu, mulai tahun ini para penerima
beasiswa akan menerima sertifikat yang akan diakui kredit nilainya sebagai
bagian dari kegiatan perkuliahan.
Ada 48
perguruan tinggi di Indonesia yang akan menampung mahasiswa asing tersebut.
Lima perguruan tinggi dari Sumatra, Unand tak ketinggalan tentunya. Tata cara
mengikuti beasiswa ini adalah dengan registrasi online via website Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), link
Dharmasiswa. Kemudian seleksi dokumen. Usia dibatasi sampai 35 tahun. Tahun ini
Unand menerima 11 mahasiswa baru, 4 diantaranya melakukan perpanjangan jangka
beasiswa. Jangka waktunya ada yang 6 bulan, ada yang 1 tahun. Untuk bidang
ilmu, mereka sendiri yang menentukan pilihan.
Mahasiswa asing
ini berhak mengikuti kegiatan UKM atau pun BEM. Diantara mereka ada yang
mengikuti Mapala yang akan menjelajah ke Merapi. Mereka juga diasramakan
bersama mahasiswa Unand lainnya. Di akhir masa pendidikan, mahasiswa harus
mempresentasikan karya tulis tentang Indonesia.
Pascaperkuliahan
di Unand, diharapkan agar alumni Dharmasiswa bisa menjadi duta Indonesia di
luar negeri, yang akan membawa nama baik Indonesia ke mata dunia. Selain itu mereka
juga membantu KBRI di negaranya.
Irawati,
Internasional Officer Unand, menaruh kesan terhadap mahasiswa asing tersebut.
Pascagempa 30 September 2009, alumni Dharmasiswa ada yang bertanya kepadanya
apakah ada yang dapat mereka bantu untuk Sumatra Barat dan Unand khususnya.
“Saya terharu mendengarnya. Sepertinya mereka sudah nyaman di Unand dan
menganggap kita bagian dari mereka,” ucap Irawati. Tampaknya dengan adanya
perbedaan ras, bahasa, budaya dan negara justru meningkatkan pemahaman tentang
perbedaan umat manusia dan membangun prinsip solidaritas.
Setiap
mahasiswa asing menyimpan nomor handphone Irawati. Jadi mereka bisa
menyampaikan pertanyaan, saran, keluhan, dan sebagainya. Harapan Irawati untuk
Unand, agar Internasional Officer mempunyai kantor tersendiri agar seluruh data
dan kegiatan bisa lebih tepusat dan tidak ‘tercecer’ di Bagian Akademik
Rektorat.
Untuk
jalur di luar Dharmasiswa, ada lebih dari 140 mahasiswa asing yang berkuliah di
Unand. Paling banyak di Fakultas Kedokteran. Pascagempa 30 September 2009,
minat mahasiswa asing dari Malaysia khususnya mengalami penurunan. Tapi untuk
mahasiswa yang mendapat beasiswa Dharmasiswa justru mengalami peningkatan
meskipun tidak signifikan,” jelas Irawati. (Febby,
Icy)
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar