Blue Fire Pointer AIRPLANE IN THE SKY: Kisah Saat Membeli Kue Putu

Sabtu, 21 April 2012

Kisah Saat Membeli Kue Putu


Sorotan lampu jalan menusuk mataku. Ah, bodoh ya, untuk apa aku menatap lampu. Kolam lamunan itu memperbudakku. Mungkin karena hasrat ‘pengen ngemil’ yang menggebu-gebu maka aku tak bisa berpikiran sejernih air. Terdengar suara penjual kue putu. Pas sekali, sudah lama lidahku tak bermain dengan kelezatannya yang khas. Dulu waktu aku masih bersekolah di SDN 200104 Padang Sidempuan, Sumatra Utara, aku senang dengan waktu malam, karena ayah akan membelikan kue putu.
Ketika aku memesan beberapa buah kepada abang penjual, telepon genggamku berdering. Ternyata ada pesan singkat masuk. Pengirimnya menanyakan apakah aku sudah makan. Haahhhh, aku tak suka pertanyaan itu. Apa ia tak pernah memperhatikan pipiku, kalau ia perhatian seharusnya ia tahu bahwa aku tak pernah melewatkan waktu makan.
Baiklah, kita tinggalkan saja si pengirim pesan singkat itu. Kini kunikmati makanan ringan berwarna hijau dengan taburan gula putih dan kelapa parut di atasnya. Hmm, harumnya yang semerbak menggodaku. Buru-buru aku menggigitnya. Aww, gula merah cair merekah di lidahku, panaaasss… Hufthh hufthh, hembusku. Aku tak bisa membaca alam.
Dalam beberapa hal, mungkin kue putu itu bisa seperti manusia ya. Kita mulai mengenalnya dengan cara yang baik, mendekatinya dengan cara yang baik, berteman dengan cara yang baik, jatuh cinta dengan cara yang baik, sejauh ini masih baik-baik saja. Tapi kalau kita tidak bersabar dan berlaku semena-mena, semuanya bisa menjadi buruk, seperti kue putu yang membakar lidah. Kue putu sedang mengajariku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar