Blue Fire Pointer AIRPLANE IN THE SKY: Ketika Kau Menyapa (bukan lagu)

Sabtu, 21 April 2012

Ketika Kau Menyapa (bukan lagu)


Mentari tersenyum menggelitik kulitku . Tanpa komando keringat berbondong-bondong keluar dari ari-ari. Saat semua terpaku pada rutinitas masing-masing. Sementara aku terus menapaki jejal berbatu dengan tatapan kosong hingga akhirnya ku lihat sebuah bangunan seakan menyapaku untuk mampir. Aku menaiki tangga bangunan abu-abu tersebut. Dengan tertatih aku sampai di lantai 3.
            Sembari menyandarkan tubuh ke dinding pembatas, mata sayu ini hanya pasrah menatap ke bawah. Lumayan tinggi juga bangunan ini. Kalau telepon genggam yang melekat di tanganku ini jatuh, mungkin sudah hancur. Sepintas terlihat orang berlalu lalang. Inilah kampus yang kudambakan, tapi tak tau mengapa sejauh ini kuhanya menjadi debu. Tinggal menunggu angin berhembus saja aku bisa terlontar ke rongsokan.
            Di tengah lamunan singkat, tersentak aku melihat seseorang di lantai 2. Ya, aku mengenalnya dengan baik. Seketika aku langsung membalikkan badan dan menghembuskan nafas panjang. Aku berpura-pura tidak melihatnya hingga ia menyapaku dengan senyuman.
“Ngapain kamu di sini?” ucapnya.
“Tidak tahu,” jawabku ringkas.
Hawa panas berubah menjadi sejuk, tatapan kosong menjadi penuh arti, dan rasa letih menjadi penuh energi. Semua itu terjadi hanya dengan  kau menyapaku. Hei, sepertinya sudah lama ya aku tidak melihatmu. Bukan sepertinya, benar sudah lama, tapi aku tahu rimbamu. Ragaku saja yang berpura-pura tak peduli.
Seseorang tersebut menaiki tangga dan menghampiriku. Kini kami sama-sama menjatuhkan pandangan ke luar bangunan untuk melihat hamparan rumput hijau berhiaskan permata pantulan cahaya mentari. Aku ingin keadaan ini berlangsung lama, tapi ia harus bergegas pergi dikejar rutinitasnya. Aku sendiri lagi tanpa rutinitas, kembali menatap ke lantai dasar. Tapi kali ini dengan bias senyum…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar